TABLOIDELEMEN.com – Ada satu dukuh lagi yang menggunakan nama unik dari tokoh wayang perempuan, biyung emban, Limbuk.
Dukuh Limbuk ada di sebelah timur dukuh Mesir. Dukuh Limbuk masuk wilayah Desa Banjaran, Kecamatan Bojongsari.
Dari Dusun Mesir belok ke kiri, ke timur, dengan mengikuti jalan yang sedikit berliku dan menanjak sampailah di Dukuh Limbuk.
Punden yang ada di Dukuh Limbuk adalah Ki Salapadha dan istrinya yang dimakamkan di Dukuh Limbuk. Keduanya meninggal ketika ada serangan Belanda.
Dipercaya bahwa wulu wetu, hasil bumi, hasil menderes menyadap nira, membuat gula semua penuh berkah.
Ada tempat yang cukup menarik pula, namanya Pejahjaran. Dahulu kala ketika ada perang Diponegoro, kuda-kuda perang sampai juga ke wilayah Limbuk ini.
Pertempuran dengan naik kuda terjadi. Beberapa kuda terkena senjata dan mati.
Mengutip laman totoendargo.com Kuda mati inilah yang memunculkan nama Pejahjaran, kadang dijelaskan malah jadi Pejajaran.
Padahal yang benar Pejahjaran. Pejah bahasa jawa krama artinya: mati. Jaran nama lain dari: kuda. Jadi Pejahjaran artinya Kuda tewas. Tewas dalam pertempuran.
Menarik sekali untuk membicarakan keunikan di Desa Onje. Dengan nama-nama yang tersaji di wilayah Onje ini maka dapat disimpulkan bahwa seni pertunjukan wayang dahulu sepertinya sangat favorit di Onje.
Jalan Menuju Dusun Mesir
Suatu hari Rara Surtikanti sebagai remaja yang cantik, di usia 17 tahun, diajak oleh ayah angkatnya untuk mendampinginya ikut pentas di Kadipaten Tegal.
Melihat kecantikan Rara Surti, Sang Adipati Tegal sangat terpesona dan jatuh cinta. Adipati Tegal segera melamarnya untuk diperistri.
Rara Surtikanti mendampingi suaminya bertempat tinggal di Tegal.
Dari perkawinan Adipati Tegal dengan Putri Surtikanti lahirlah bayi laki-laki sebagai turus keturunan Ki Adipati Anyakrapati.
Cucu adipati Onje dari adipati Tegal ini diberi nama Raden Nur Alim. Nur Alim tumbuh dengan pendidikan dari dua sisi yang agak berbeda. Sisi ibunya adalah budaya kesenian, budaya tuntunan dan hiburan.
Budaya yang diambilkan dari cerita Mahabarata – Ramayana.
Sedang dari sisi ayahnya yang Adipati Tegal diajarkan tentang budi pekerti beragama. Ia mendapat cerita-cerita dari kisah para nabi. Cerita-cerita dari wilayah Timur-Tengah, Irak, Iran, Arab, Mesir bahkan sampai Turki.
Dengan kombinasi inilah Nur Alim bersikap, menghayati dan memaknai hidup.
Setelah dewasa cucu Adipati Onje II ini ingin menetap di Onje, tempat buyutnya babad, trukah negeri Onje. Namun buyut dan kakeknya sudah meninggal dunia. Tak ada yang bersedia menggantikan jabatan buyut dan kakeknya.
Kadipaten Onje suwung. Sebagian besar keturunan Sang Adipati Onje II justru lebih senang bertani daripada berkuasa menjadi adipati. Kadipaten Onje pun telah surut, dan bukan lagi tempat untuk seorang adipati.
Raden Nur Alim pun tidak mau meneruskan pemerintahan Onje yang sudah dinodai oleh peristiwa pembunuhan terhadap neneknya itu.
Sang cucu Adipati Onje II ini kemudian tinggal di Onje. Namun tidak mau bertempat tinggal di barat Sungai Klawing, tempat Adipati Onje II berkuasa.
Ia ingin membangun kadipaten di sebelah timur Sungai Klawing seperti yang pernah didirikan oleh Ki Tepusrumput, buyutnya.
Akhirnya setelah bersemedi Raden Nur Alim memilih tempat di tekukan Sungai Klawing. Belokan Sungai Klawing seakan memeluk Negeri Mesir.
Di sebelah tenggara Kadipaten Onje II dan di sebelah selatan Kadipaten Onje I. Raden Nur Alim bercita-cita jadi raja besar.
Tempat tinggalnya diberi nama Negeri Mesir. Negeri besar yang dikenalnya dalam cerita Nabi Musa. Dan gelar untuk dirinya adalah Raja Namrut.
Nama raja yang dikenalnya dalam cerita Nabi Ibrahim. Raja yang cerdas, gigih, sombong namun punya kekuasaan yang sangat luas.
Lama kelamaan banyak orang yang tunduk kepada cucu Adipati Onje II ini. Bahkan menurut cerita Mesir dijadikan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang sakti dari kawasan Banyumas, di jaman itu.
Di Slinga, sebuah desa tetangga Mesir, Raja Namrut membangun sebuah benteng dan sebuah saluran air yang dalam, bangunan tersebut dimaksudkan untuk keamanan Negeri Mesir.
Ia berharap Mesir menjadi kerajaan yang besar dan luas.
Di sekitar kadipaten dibuat pula benteng pertahanan berupa parit yang dalam. Melingkar hingga bertemu dengan dalamnya tebing Kali Boga di utara kadipaten.
Dengan demikian setiap musuh yang datang ke Negeri Mesir dapat terawasi. Jika menyerang akan terhalang lebih dahuluoleh derasnya Sungai Klawing.
Sebelah timur Negeri Mesir terdapat bentang alam berupa pegunungan sebagai benteng pengamatan dan pertahanan, dan disebut sebagai Pager Gunung.
Raja Namrut benar-benar memperhitungkan keamanan dan kenyamanan negerinya.
Hingga pada suatu hari ada utusan dari Raja Mataram, sebagai penerus kerajaan Pajang, mengharap Raja Namrut agar bersedia menghadap ke Raja Mataram.
Ia merasa terhina dan berniat memberontak. Sifat sombong dan suka marah meluap seketika. Ia tidak ingin tunduk kepada Raja Mataram.
Namun beruntung, atas saran dan bujukan dari para kerabatnya, yang berpendapat bahwa Mataram adalah negara yang sangat kuat dan besar, Mataram tidak boleh dianggap remeh
Maka Raja Namrut pun urung memberontak ke Mataram. Ia pun pada akhirnya tunduk terhadap kekuasaan Mataram.
Joglo di Atas Situs
Ada cerita mengenaskan tentang dukuh Mesir ini. Dukuh Mesir sebagai tempat yang pernah menjadi pusat pemerintahan, walau kecil dan terpencil namun ada juga yang mendapat informasi tentang dukuh ini.
Bahwa di Dukuh Mesir terdapat semacam makam tua yang belum secara maksimal dikenal masyarakat.
Konon ada seorang kyai dari Kendal, Jawa Tengah yang mendapat wangsit untuk membangun petilasan, makam kuno, di Dukuh Mesir ini. Maka dengan menggandeng rekanan di wilayah Purbalingga, dan dengan dalih mendapat ijin dari Pimpinan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang maka hadirlah orang-orang ke Dukuh Mesir.
Mereka datang ke Dukuh Mesir, mencermati apa yang ada di dalam situs, membongkar, menggali dan membangun bangunan baru di situs yang belum maksimal digali sejarahnya itu.
Dari cerita yang penulis dengar, saat berkunjung ke Dukuh Mesir, aslinya di kebun sekitar seratus meter dari jalan desa ada tiga makam.
Dua makam di dalam batas pandasi dari tatanan batu, dibatasi benteng batu, batur, berbentuk bujur sangkar ukuran 10 meter x 10 meter. Ada dua makam yang di bawah sebuah pohon kemuning.
Di masing masing pojok ada batu belah sebagai penanda, empat penjuru. Ada satu makam lagi berada di luar bujur sangkar. Seluruh batu nisan dari batu biasa, tanpa bentuk baku, tidak seragam.
Benar-benar tampak sebagai makam kuno.
Untuk mendapatkan dana membangun bangunan di situs Dukuh Mesir ini maka telah diadakan beberapa kali pengajian di depan petilasan ini. Minimal sebulan sekali.
Untuk memudahkan para pengunjung situs, dibuatlah jalan setapak dengan tatanan batu, dibuatkan gapura mirip pintu gapura candi Majapahit, dan dibangunlah dengan berani, sebuah bangunan mirip joglo model Jawa Timuran.
Diberitakan bahwa saat penggalian situs telah ditemukan barang-barang berharga, barangkali barang yang mengandung info sejarah.
Dalam kedalaman sekitar dua meter telah ditemukan papan-papan kayu yang diperkirakan sebagai semacam lantai langgar atau mushola dari sebuah pesantren.
Namun entah siapa yang diuntungkan, yang jelas pihak desa sangat dirugikan.
Sadar ada kegiatan yang mengusik ketentraman Dukuh Mesir, pemerintah Desa Onje pun merasa kecolongan dan dilangkahi orang yang tak jelas siapa mereka, maka segera mengirim utusan ke Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, minta konfirmasi kebenaran ijin membangun situs di Dusun Mesir ini. Hasilnya adalah nol besar!
Pimpinan Pondok Pesantern Tebuireng tidak tahu menahu, bahkan tak kenal Dukuh Mesir, apalagi dengan segala hal ikhwal petilasan di Dukuh Mesir. Tak “mudheng” pula terhadap kegiatan pembangunan situs tersebut.
Segera pembangunan di Dukuh Mesir ini dihentikan. Kyai Kendal pun kabur. Nasi telah menjadi bubur. Situs sudah rusak dan tak mungkin dikembalikan lagi. Keaslian situs di Dukuh Mesir tak lagi ada. Yang ada bangunan baru, setengah jadi, yang konon adalah mushola.
Kalau mushola kenapa di dalamnya ada dua makam. Ada tonggak kayu setinggi satu meter. Kini kedua makam ini ditutupi dengan kain hijau mengelilingi empat sisi bangunan joglo. (ditulis oleh Toto Endargo)

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News