Rara Banawati
Putra ketiga Adipati Onje II dari Rara Pakuwati adalah putri, Rara Banawati. Rara Banawati dengan pembawaan sederhana, lestari menjadi dewasa dan diberi wilayah di sebelah barat Sungai Klawing – selatan Sungai Pingen, kini dikenal dengan nama Dukuh Banawati.
Rara Banawati suka mencari ikan di sungai maka ia memiliki peralatan pencari ikan seperti wuwu (bubu) yang berijep, sebagai alat perangkap ikan, celik atau kembu alat untuk mengumpulkan ikan tangkapan. Karena suka beribadah maka Rara Banawati membuat sebuah langgar di dusunnya.
Langgar dibuat dari papan kayu dan atap ijuk. Langgar dibuat berkolong, punya longan, sehingga kalau orang mau sholat harus sedikit naik tangga. Dulu namanya langgar sekarang disebut mushola.
Rara Banawati suka masak sayur pare, maka di kebun miliknya banyak ditanami pare. Bahkan dahulu, pare yang rasanya pait itu pada akhirnya dijadikan sebagai sarana penyembuh bagi warga dusun Banawati yang sakit, terutama untuk anak-anak.
Setelah meninggal, kembali menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa, Rara Banawati minta tetap berada di Dusun Banawati. Sehingga beliau dimakamkan di Dusun Banawati. Kini makam Rara Banawati berada di sebelah utara langgar, dekat mushola, di bibir tebing Sungai Pingen.
Sendirian di samping sebuah rumah, dekat tritisan, tampak terpelihara, namun karena dekat kandang ayam maka ayamnya setiap kali mengadakan seminar di atas makam. Posisinya hanya setengah meter di bibir tebing. Jika tebingnya longsor, rasanya makam ini pun akan ikut lonsor. Nisannya sangat sederhana terbuat dari batu biasa. Konon batu nisan ini beberapa kali pernah jatuh ke jurang di tebing sebelahnya, namun ajaib selalu saja batu nisan itu kembali lagi ke tempat semula.
Beberapa asesorisnya sebagai putri adipati disimpan di dalam kembu. Kembu terbuat dari anyaman bambu. Ada satu kembu sebagai peninggalan Rara Banawati yang masih tersisa.
Kini disimpan, cemanthel di tempat pengimaman mushola Dukuh Banawati. Keadaannya sudah sangat rapuh, istimewanya tali gantungannya belum pernah putus sampai sekarang.
Peninggalan berikutnya adalah empat lempeng papan kayu jati, bekas papan langgar. Papan kayu itu berukir. Jika dicermati barangkali dapat digunakan sebagai master bentuk ukiran atau motif batik khas Banawati. Lempeng papan ini juga cemanthel di tempat pengimaman. Kembu di sebelah kanan, papan kayu jati di sebelah kiri. (ditulis oleh Toto Endargo)

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News