TABLOIDELEMEN.com – Mengawali kegiatan peringatan Hari Pers Nasional 2025 dan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-79 Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), sejumlah wartawan dan tokoh pers di Purbalingga menggelar ziarah ke makam dua wartawan senior yang telah meninggal dunia, Jumat 7 Februari 2025.
Kegiatan ziarah ini bertujuan mengingatkan sejarah perjuangan serta dedikasi para pelopor jurnalistik di Purbalingga.
Kunjungan ziarah pertama ke makam almarhum Muhammad Wachyono yang terletak di pemakaman umum Desa Selabaya, Kecamatan Kalimanah.
Almarhum Wachyono lahir pada tanggal 28 Agustus 1950 dan meninggal dunia pada tanggal 03 Juli 2020.
Ia mengawali pengabdian sebagai wartawan di Harian Suara Karya dan jelang pensiun mendirikan Tabloid Aspirasi. Selain itu, ia pernah menjabat sebagai Ketua PWI Banyumas Raya.
Setelah itu, kunjungan kedua ke makam almarhum Tri Atmo di pemakaman umum Kelurahan Bancar, Kecamatan Purbalingga.
Tri Atmo merupakan sosok wartawan di media Suluh Marhaen yang terkenal sebagai penulis sejarah di Purbalingga.
Ziarah mengenang jasa dan pengabdian kedua tokoh pers tersebut serta berharap nilai-nilai keberanian dan integritas yang mereka tunjukkan dapat terus menginspirasi generasi wartawan masa kini.
“Kami berharap dengan diadakannya ziarah ini, perjuangan para wartawan senior dalam bidang jurnalistik di Purbalingga tetap dikenang dan menjadi inspirasi bagi generasi penerus,” kata Ketua PWI Kabupaten Purbalingga, Joko Santoso, Jumat 7 Februari 2025.
Sementara itu, Ketua Panitia Hari Pers Nasional 2025 tingkat Kabupaten Purbalingga, Mahendra Yudhi Krisnha mengungkapkan, bahwa rangkaian kegiatan peringatan Hari Pers Nasional 2025 tidak hanya ziarah, tetapi juga melibatkan berbagai acara lain.
“Setelah ziarah di pagi hari. Nanti siang akan ada makan siang bersama dengan anak-anak panti asuhan, dan nanti malam hari juga akan ada ngaji bareng ala pesantren di Bale Wartawan,” ungkap Mahendra.
Ryan Rachman, wartawan Suara Merdeka yang sekaligus Ketua Lesbumi PCNU Kabupaten Purbalingga memimpin doa ziarah di kedua makam tersebut.
Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News
