TABLOIDELEMEN.com – Angin sejuk Dieng membawa aroma khas, bukan hanya bau tanah basah, tapi juga wangi olahan singkong.
Wonosobo, kota dingin ini menyimpan harta karun kuliner yakni Opak Koin.
Camilan bundar pipih seukuran koin ini bukan sekadar kerupuk, melainkan manifestasi kesederhanaan rasa yang memukau.
Bentuknya tampil menonjol dengan bentuknya yang mini, teksturnya yang super renyah, dan rasa gurih yang tak tertandingi, sering diperkaya sentuhan daun kucai yang aromatik.
Tangan Terampil Menghidupkan Tradisi
Proses pembuatan Opak Koin sungguh menarik, sebuah seni yang melibatkan ketelatenan.
Para perajin memulai dengan memilih singkong terbaik, mengupas, dan mengukusnya hingga benar-benar lembut.
Mereka lalu menghaluskan singkong kukus ini, mencampurnya dengan bumbu sederhana bawang putih dan garam untuk menghasilkan adonan yang liat dan gurih.
Inti dari proses ini terletak pada pencetakan. Perajin mengambil sedikit adonan, lalu memipihkannya secara hati-hati hingga menyerupai kepingan koin yang sangat tipis.
Gerakan tangan mereka cepat dan terampil, menciptakan ratusan “koin” mentah dalam sekejap.
Setelah tercetak, matahari memegang peran penting. Para perajin menjemur Opak Koin di bawah sinar mentari hingga benar-benar kering.
Kekeringan maksimal menjamin kerupuk akan mekar sempurna saat masuk tahap penggorengan.
Terakhir, mereka menggoreng kepingan-kepingan kering itu dalam minyak panas. Opak Koin akan mengembang cepat, menghasilkan suara renyah yang khas.
Harga Opak Koin
Anda bisa menikmati dalam dua pilihan yakni mentah, siap goreng, atau matang, siap santap.
Harga Opak Koin mentah per kilogram umumnya berkisar antara Rp18.000 hingga Rp30.000.
Sementara, Opak Koin yang sudah matang dalam kemasan cantik untuk oleh-oleh, biasanya menebus dengan harga mulai dari Rp7.000 hingga Rp18.500 per kemasan 250 hingga 500 gram .
Opak Koin menawarkan lebih dari sekadar camilan
Tentunya menyajikan cerita tentang ketelatenan, kekayaan alam Wonosobo, dan warisan rasa yang selalu membuat rindu.
Coba gigit satu, dan Anda pasti ketagihan.

Bagi saya yang juga seorang ibu rumah tangga, menulis dapat dijadikan media terapi. Berbagi cerita, mengungkapkan emosi, meredakan stres, dan melepaskan kebosanan.
Baca update artikel lainnya di Google News

















