Wacana Libur Sekolah Selama Puasa, Ini Kata Muhammadiyah dan NU di Purbalingga

Wacana libur sekolah satu bulan selama puasa menjadi topik hangat perbincangan masyarakat Indonesia
Wacana libur sekolah satu bulan selama puasa menjadi topik hangat perbincangan masyarakat Indonesia

TABLOIDELEMEN.com – Wacana libur sekolah satu bulan selama puasa menjadi topik hangat perbincangan masyarakat Indonesia mendekati bulan Ramadan 2025.

Walaupun pemerintah sampai saat ini belum memutuskan dan masih menunggu keputusan bersama dari semua kementerian di Kabinet Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

BACA JUGA: Sejarah Libur Ramadan di Indonesia

Namun demikian, Ormas Islam di Kabupaten Purbalingga menanggapi positif terkait wacana pemerintah akan meliburkan siswa.

“Prinsipnya tidak menjadi masalah. Namun harus ada formula atau cara agar libur panjang para siswa ini tidak mubazir,” kata Sekretaris Pengurus Daerah Muhammadiyah Kabupaten Purbalingga, Imam Yulianto, Selasa 7 Januarui 2024.

Bacaan Lainnya
HUT RI 80

Menurut Imam Yulianto, jika pemerintah benar-benar akan meliburkan siswa selama sebulan.

Maka konsekuensinya orang tua harus bisa mendampingi anak-anaknya selama libur dengan baik.

“Kata kuncinya adalah orang tua. Karena apabila orang tua mengabaikan pengawasan, justru akan berpotensi anak hanya bermain gawai, game dan sejenisnya,” katanya.

Libur sebulan menurut Imam Yulianto ada sisi positifnya, yaitu anak bisa lebih fokus ketika beribadah puasa dengan bimbingan orang tua.

Sekolah maupun elemen masyarakat lainnya juga bisa menerapkan cara agar siswa tetap bisa belajar agama.

“Seperti pesantren kilat, pelatihan-pelatihan oleh praktisi dan lainnya,” katanya.

Libur Sekolah Selama Puasa Harus Bermanfaat

Sementara, Sekretaris Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Purbalingga, Salim Effendi mengungkapkan, jika keputusan pemerintah itu sudah pasti, yaitu meliburkan siswa selama sebulan, seharusnya ada perencanaan dengan matang.

Tujuannya agar dapat memberikan manfaat bagi siswa.

“Harus ada perencanaan yang baik terkait libur sekolah selama Ramadan. Misalnya tujuan liburan itu untuk apa, manfaatnya bagi anak-anak sekolah ini seperti apa,” tegasnya.

Kemudian lanjut  Salim Effendi,  anak-anak sekolah yang non Muslim, harus menjadi pertimbangan pemerintah, apakah mereka juga ikut libur.

“Keputusan soal libur bukan hanya tentang ada atau tidak adanya libur. Melainkan harus memiliki tujuan yang jelas,” tambahnya.

Oleh karena itu Salim Effendi berharap, libur ini nantinya harus mempunyai tujuan yang jelas dan memberikan manfaat, baik untuk siswa Muslim maupun non-Muslim.

“Masih ingat dulu sudah pernah libur satu bulan, juga pernah tidak libur, dan kita sudah tahu apa kegiatan bagi para siswa selama liburan itu,” imbuhnya.

Karenanya, dengan mempertimbangkan berbagai aspek tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Kemendikdasmen RI) mestinya lebih matang dalam merancang kebijakan libur sekolah selama Ramadan.

Maka, evaluasi perlu sejauh mana waktu libur selama Ramadan ini bisa bermanfaat bagi anak-anak sekolah.

Karena sebelumnya ada model kegiatan keagamaan, seperti Salat Tarawih yang bisa menjadi pengalaman yang lebih mendalam bagi siswa.

Lalu, meminta tanda tangan imam sebagai bentuk ibadah yang lebih tekun.

“Tapi, apakah model itu bisa kita andalkan. Jadi, tergantung apa yang kita usulkan untuk siswa selama Ramadan ini,” katanya

“Prinsipnya kita menerima tapi ada perencanaan yang jelas. Agar kebijakan tersebut memberikan dampak positif bagi para siswa,” imbuhnya.

ROG PHONE PROMO

Pos terkait

Tinggalkan Balasan