Fotografer Wanita
Wanita lahir di Semarang dan tumbuh dewasa di Desa Babakan, Kecamatan Kalimanah, Kabupaten Purbalingga ini, menceritakan awal menekuni dunia fotografi, pada tahun 2010 ia menemani anaknya mengunjungi expo fotografi dan membelikan kamera untuk anaknya.
“Tetapi anaknya tidak menggunakan kamera itu. Tahun 2011, saya ingin menggunakan kamera itu, makanya saya ambil kursus fotografi dulu,” kenang alumnus IKIP Sanata Darma Yogyakarta itu.
Alasan lain dari alumnus SD Pius Purbalingga, SMP Negeri 2 Purbalingga dan SMA Bruderan Purwokerto menekuni dunia fotografi ini, yakni kepuasan menangkap dan mengabadikan momen berharga.
Sebab. Bahkan, dalam mengambil foto perlu pengamatan serius agar membuat foto bisa tetap hidup.
‘’Hal itu sangat menantang untuk terus dan lebih kreatif,” kata Martina Henny.
Martina Henny mulai serius menekuni fotografi dan mengaku menyukai semua kategori landscape, portrait, human interes, still life, food fotografi, model, flower, dan aviasi.
Keseriusan ini tidak menganggu aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, karena dari dalam rumahnya ia bisa memotret.
Saat berada dalam rumah, ia sering melakukan food fotografi dan memotret abstark cahaya yang masuk dari jendela.
“Sering juga memotret bunga yang sedang mekar. Saat hujan juga bisa inspirasi, memotret bunga yang ada butiran air hujan. Pokoknya flexible deh,” katanya.
Tak hanya itu, dengan bermodalkan nikon D7000, nikon D810 dan nikon Z6, perempuan yang kini tinggal di Pondok Kopi, Jakarta Timur kerap bertualangan keliling nusantara untuk mendapatkan foto terbaik.
Ia pernah ke berkeliling Pulau Jawa, Bangka Belitung, Labuan Najo Nusa Tenggara Timur, Pontianak, dan Jawa Timur.
Saat mengikuti Jember Fashion Carnaval (JFC) Foto Contest 2015, ia mendapat ganjaran menjadi juara 3.
“Itu pada tahun 2015, saya menjadi juara 3 JFC Foto Contest 2015. Hanya saya peserta perempuan, lainya laki-laki,” kata Matina Henny yang pernah menjadi admin grup fotografi Galery Photography Indonesia (GPI) ini.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News
















