Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang Berhasil Ubah Anggrek Jadi Pangan

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membuat penelitian terkait mengubah tanaman anggrek menjadi pangan. Penelitian ini membuat mereka berhasil menyabet juara dua poster di kategori PKM-RE (Riset Eksakta) pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Ke-35 pada awal Desember 2022.
Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) membuat penelitian terkait mengubah tanaman anggrek menjadi pangan. Penelitian ini membuat mereka berhasil menyabet juara dua poster di kategori PKM-RE (Riset Eksakta) pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional Ke-35 pada awal Desember 2022.

TABLOIDELEMEN.com –  Mahasiswa Ilmu Teknologi Pangan (ITP) Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) berhasil menyabet juara dua poster di kategori PKM-RE (Riset Eksakta) pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional ke-35 pada awal Desember 2022.

Mereka terdiri atas Syntiya Inanda Khoidir, Rika Cahyani Irjayanti, Annisa Jihan Purnama, dan Nastiar Majidatun Wakhidah.

Syntiya menjelaskan, penelitian mereka membahas mengenai Potensi Ekstrak Fenolik Bunga Anggrek Cymbidium Golden Boy sebagai Antioksidan pada Pembuatan Flower Leather.

Bacaan Lainnya

Alasan memilih bunga anggrek untuk diteliti karena pada dasarnya memang senang dengan bunga anggrek. Bunga anggrek juga memiliki rasa yang unik seperti selada.

Dari hasil penelitian, dapat diketahui kadar fenol pada bunga anggrek memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi.

Zat ini sangat bermanfaat bermanfaat bagi manusia untuk menangkal radikal bebas.

Apalagi melihat belum banyak penelitian yang membahas mengenai tanaman hias yang dijadikan tanaman pangan.

Mahasiswa kelahiran 2001 juga bercerita bahwa penelitian dilakukan selama lima bulan lamanya.

Hal ini diawali dengan mencari bunga anggrek yang paling segar kemudian dikeringkan untuk diambil ekstrak fenolnya untuk mendapatkan kandungan antioksidan. Selanjutnya, ini diolah menjadi manisan atau agar-agar.

Selama penelitian ada beberapa kendala yang dihadapi seperti teksturnya yang rapuh dan warna yang kurang menarik.

“Namun itu bisa terselesaikan dengan penambahan asam sitrat untuk membentuk warna. Lalu dilakukan penambahan hidrokoloid untuk mempertahankan teksturnya,” katanya.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *