Lengger Lanang Banyumas, Menarasikan Nilai Kemanusiaan Masa Lalu

lengger lanang
lengger lanang

Istilah Lengger

Istilah “Lengger” baru muncul setelah pada abad ke-19 semakin banyak penari laki-laki berdandan perempuan seiring dengan mulai berkembangnya kethoprak tobong yang melakukan pentas keliling.

Sunaryadi dalam buku “Lengger Tradisi & Transformasi” ISI Yogyakarta, tahun 2000 menuliskan hasil penelitiannya.

“Jejak keberadaan Lengger telah tersebut dalam Serat Centhini. Pada abad ke -16, awalnya seluruh penari adalah laki laki.  Sejak tahun 1918, kedudukannya digantikan oleh perempuan,” tulisnya

Namun demikian, Tari Lengger Lanang di Banyumas tetap menjadi satu bentuk kebudayaan cross-gender (lintas gender) di Indonesia.

Tarian ini bisa masuk kategori cross-gender karena pelakunya yaitu laki-laki yang berpenampilan seperti perempuan.

Bacaan Lainnya
 Kecap ABC
 Promo Laptop 2025

Tinggalkan Balasan