Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Kabupaten Purbalingga menganalisa minat masyarakat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang SMK selama 4 tahun terakhir mencapai 63 persen.
Analisa ini membandingkan minat ke SMA yang hanya 30 persen, atau MA 7 persen.
Ketua BMPS Kabupaten Purbalingga, Subeno mengaku masih optimis dengan dasar analisa minat masyarakat Purbalingga ke SMK memang jauh lebih tinggi. Terlebih, pilihan jurusan di SMK swasta jauh lebih beragam.
“Kami tetap optimistis SMK swasta tetap mendapatkan peserta didik baru di setiap tahun pelajaran baru, seperti tahun ini. Karena SMK saat ini banyak pilihan kejuruan. Lalu lulusannya dicetak untuk siap kerja. Sampai tahun 2021 kemarin, jika ada perubahan minat hanya 1 persen yang tidak ke SMK,” tuturnya.
Sebanyak 22 SMK swasta se Kabupaten Purbalingga tetap bersaing sehat dan semua mendapatkan siswa yang tidak kalah dengan SMK negeri. Wajar saja jika saat ini sekolah swasta mulai berlomba menarik perhatian calon peserta didik sejak awal.
“SMK swasta tak ada sistem zonasi,” tegasnya.
Ketua Forum Komunikasi SMK Swasta (Fokuss), Saryono, mengatakan jelang pengumuman PPDB di SMK Negeri pada 4 Juli 2022
SMK swasta masih kekurangan peserta didik baru. Meski begitu, dijelaskan prosedur rekrutmen siswa baru di SMK Swasta pada prinsipnya mengikuti regulasi yayasan masing-masing.
“Tentang keterisian saat ini, kami belum lakukan akumulasi data. Yang jelas semua SMK Swasta di Purbalingga masih jauh dari kuota yang disediakan. Jadi masih menunggu per 4 Juli, besok. Harapannya, peserta didik yang tidak lolos di PPDB SMK Negeri, bisa beralih ke SMK swasta,” katanya.
Tak hanya itu, ia juga mengatakan, masalah waktu, pihaknya di SMK Swasta tetap mengikuti ketentuan awal tahun pelajaran atau awal dimulai pembelajaran tahun pelajaran 2022/2023.
Bahkan jika masih ada masyarakat yang mendaftar bulan Juli walaupun sudah mulai kegiatan pembelajaran, tetap akan terima sepanjang masih ada kuota yang harus diisi.
“Semoga teman-teman di sekolah negeri taat regulasi dalam PPDB kali ini dan seterusnya,” tambahnya.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News