Suhu Dingin Dieng Minus 1,24 Derajat Celsius, Begini Penjelasan BMKG

Di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, suhu terdingin mencapai minus 1,24 derajat Celsius.
Di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, suhu terdingin mencapai minus 1,24 derajat Celsius.

TABLOIDELEMEN.com – Sejumlah daerah merasakan suhu dingin ketika malam hingga pagi hari dalam beberapa hari terakhir.

Di dataran tinggi Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah, suhu terdingin mencapai minus 1,24 derajat Celsius.

Padahal, perkiraan sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki puncak musim kemarau pada Juli-Agustus 2023.

Bacaan Lainnya

Lantas, mengapa suhu udara dingin melanda meski sudah memasuki puncak kemarau?

Kepala Sub Bidang Prediksi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Ida Pramuwardani mengatakan, Bumi berada pada titik terjauhnya dari Matahari, sehingga berpengaruh pada suhu suatu wilayah.

“Jauhnya jarak antara Bumi dengan Matahari akan berdampak pada penurunan rata-rata suhu minimum wilayah tersebut,” kata Ida, Minggu 23 Juli 2023

Begini Penjelasan BMKG

Kendati demikian, ia memastikan bahwa suhu udara dingin belakangan merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi ketika masa puncak kemarau pada Juli-September.

Ia menjelaskan, wilayah Indonesia yang mengalami suhu dingin sebagian besar terjadi bersamaan dengan kondisi cuaca cerah di daerah tersebut.

“Kondisi cuaca cerah ini ditandai dengan adanya pergerakan angin dari wilayah timur yang berasal dari Benua Australia,” jelas dia.

Ida menuturkan, wilayah Australia pada Juli berada pada periode musim deingan.

Karena itu, pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan masa udara dingin menuju Indonesia atau angin monsun dingin Australia.

Penyebab Suhu Dingin

Selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di beberapa wilayah Indonesia juga turut berpengaruh pada suhu yang dingin di malam hari.

“Ketiadaan awan di atmosfer menyebabkan energi radiasi yang terlepas dari Bumi pada malam hari tidak tersimpan di atmosfer,” ujarnya.

“Kemudian langit yang cenderung bersih tanpa awan akan menyebabkan panas radiasi balik. Gelombang panjang ini langsung terlepas ke atmosfer luar,” lanjutnya.

Hal ini menyebabkan udara dekat permukaan Bumi terasa lebih dingin, terutama pada malam hingga pagi hari.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *