Sekolah Ramah Anak

SMP Pius Cilacap sudah 3 tahun terapkan sekolah ramah anak, akan terus berjalan
Di SMP Pius setiap pagi sampai siang setelah pembelajaran, bapak ibu guru selalu mengawasi, mendampingi.
Setelah mengajar, tidak langsung masuk ke kantor-lah atau ruang guru, tapi bagaimana memastikan bersama anak-anak ketika waktu istirahat.
Ketika mereka makan bersama, juga ikut duduk mendampingi anak-anak. Paling utama mewujudkanrasa nyaman di sekolah.
“Karena di SMP Pius ada yang namanya spiritualitas hati. Bagaimana mendidik mereka untuk peduli, empati, ramah-tamah, dan khususnya pada teman-temannya,” tutur Thomas.
Hasilnya? Thomas menyatakan, selama ini pihaknya nyaman-nyaman saja.
“Anak-anak juga merasa nyaman. Dan kepada orangtua sudah kami sampaikan, kalau ada keluhan apapun sampaikan ke kami sebagai guru atau pendidik, dan sebagai orangtua kedua di sekolah. Dari orangtua juga tidak ada keluhan, tidak ada sesuatu yang disampaikan ke kami,” tandas dia.
Jadi, SMP Pius sampai sekarang masih merasa aman dan nyaman.
“Dan anak-anak saya anggap, karena tidak ada keluhan-keluhan dari mereka, berarti mereka merasa nyaman di sekolah,” tegasnya.
Apakah Itu merupakan tolok ukur dari keberhasilan sekolah ramah anak? Thomas mengakui iya, karena anak merasa nyaman di sekolah, aman di sekolah.
Berarti sekolah ramah anak di SMP Pius berhasil. Lantas bagaimana dengan pendidikan karakter, Thomas menerangkan, dalam kegiatan-kegiatan sekolah selalu mengarah ke sana (sekolah ramah anak) yaitu bagaimana visi dan misi sekolah, bagaimana yang cerdas dan manis.
“Apapun kegiatan di sekolah arahnya pasti ke sana (pendidikan karakter). Di Pius juga ada homestay, di mana anak-anak diarahkan untuk peduli pada lingkungan. Kegiatan Pius juga mengarah ke sana. Peserta homestay adalah bagaimana masa depan mereka, siapa dirimu,” ucap Thomas.
Setelah terbiasa, pihaknya disarankan bahwa sekolah ramah anak akan diterapkan terus di SMP Pius Cilacap, karena memberikan dampak positif bagi sekolah dan anak-anak. (*)

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News