TABLOIDELEMEN.com – SMP Negeri 2 Kalimanah memiliki program literasi bertajuk Satelit Nusa (Sabtu Literasi dan Numerasi Spentuka).
Program ini menyasar siswa kelas 7 dan 8 dengan fokus utama pada penguatan budaya membaca dan menulis melalui aktivitas Jurasi (Jurnal Literasi Siswa).
Dalam pelaksanaannya, siswa wajib membawa buku bacaan fiksi atau nonfiksi dan mencatat hasil bacaan dalam jurnal literasi.
Dengan pendampingan wali kelas, mereka mendapat waktu 20 menit untuk membaca secara mandiri.
Lalu menuliskan ulasan singkat yang mencakup identitas buku, tokoh, tema, ringkasan, pesan moral, dan tanggapan pribadi.
“Selanjutnya para siswa mengumpulkan kurnal tersebut kepada guru Bahasa Indonesia sebagai bahan evaluasi,” kata Kepala SMP Negeri 2 Kalimanah, Tjandra Irawati, Kamis 23 Oktober 2025 .
Ia memaparkan, program ini merupakan bagian dari Gerakan Literasi Sekolah yang lebih luas.
Termasuk sosialisasi Gelas Kaca (Gerakan Literasi supaya Anak Gemar Membaca) kepada guru, komite, dan orang tua.
“Sekolah juga mendorong penyediaan buku bacaan nonpelajaran, pembentukan sudut baca di setiap kelas, serta pelaksanaan program One Child One Book,” katanya.
Tak hanya itu lanjut Tjandra Irawati, pihaknya juga merancang penghargaan Reading Award dan Writing Award untuk siswa yang aktif membaca dan menulis.
Pihaknya juga mengarahkan hukuman siswa yang melanggar tata tertib sekolah, seperti membolos, tidak mengerjakan tugas. Maka wajib menyumbangkan buku nonpelajaran untuk sekolah.
“Hukuman ini harus positif dan mempunyai nilai manfaat bagi siswa tersebut dan sekolah,” tuturnya
Ia menambahkan, kegiatan literasi harian seperti kunjungan perpustakaan, pemanfaatan mading kelas, dan pojok literasi turut memperkuat atmosfer literasi di sekolah.
Secara berkala, sekolah menggelar observasi mingguan, mading bulanan, reward semesteran, hingga kegiatan tahunan seperti laporan wisata belajar dan lomba kebahasaan.
“Kami berharap dengan pendekatan menyeluruh dan partisipatif, Satelit Nusa menjadi bukti nyata bahwa literasi bukan sekadar program, melainkan gerakan bersama untuk membentuk generasi pembelajar yang kritis, kreatif, dan berkarakter,” katanya.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News