Sering Muncul di Pencarian Google, Badan Bahasa Tetapkan ‘Kecerdasan Buatan’ Sebagai Kata Tahun Ini 2023

Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan "kecerdasan buatan" atau "kecerdasan artifisial" sebagai Kata Tahun Ini (KTI) 2023.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan "kecerdasan buatan" atau "kecerdasan artifisial" sebagai Kata Tahun Ini (KTI) 2023.

TABLOIDELEMEN.com Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menetapkan “kecerdasan buatan” atau “kecerdasan artifisial” sebagai Kata Tahun Ini (KTI) 2023.

Kata itu terpilih dengan alasan utama popularitas yang relatif tinggi, kebaruan, dan distribusi penggunaan di berbagai bidang.

BACA JUGA: Luar Biasa, Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Resmi Konferensi Umum UNESCO

Bacaan Lainnya

“Badan Bahasa menetapkan kecerdasan artifisial atau kecerdasan buatan sebagai KTI Tahun 2023,” kata Kepala Badan Bahasa Kemendikbudristek, E Aminudin Aziz, Kamis 14 Desember 2023.

Kecerdasan artifisial atau kecerdasan buatan merupakan padanan dari artificial intelligence.

Padanan istilah yang lebih dahulu populer adalah kecerdasan buatan.

Tapi, pakar bidang ilmu teknologi informasi dalam Sidang Komisi Istilah (SKI) Kedua Tahun 2021 bersepakat untuk menggunakan padanan kecerdasan artifisial karena mengikuti dokumen kebijakan nasional yang lebih dahulu muncul.

Kecerdasan Buatan

Definisi kecerdasan artifisial atau kecerdasan buatan sebagai program komputer dalam meniru kecerdasan manusia

“Seperti mengambil keputusan, menyediakan dasar penalaran, dan karakteristik manusia lainnya’ dalam KBBI,” katanya.

Aminudin menjelaskan, pada 2023, muncul banyak perusahaan teknologi informasi yang meluncurkan produk berbasis kecerdasan artifisial untuk masyarakat.

Salah satu yang menarik perhatian lebih masyarakat adalah ChatGPT.

“ChatGPT adalah program komputer yang dapat merespons pertanyaan dan menyediakan jawaban layaknya manusia,” kata Aminudin.

Berdasarkan pencarian Google untuk halaman berbahasa Indonesia selama setahun terakhir, “kecerdasan artifisial” atau “kecerdasan buatan” muncul dalam berbagai literatur digital.

Terbukti dengan jumlah kemunculan sebanyak 9.410 kali untuk kecerdasan artifisial dan 9.950.000 kali untuk kecerdasan buatan.

Belum lama ini, empat lembaga Indonesia menandatangani kesepakatan dengan lembaga Singapura untuk berkolaborasi di bidang kecerdasan artifisial.

Lembaga-lembaga Indonesia yang terlibat adalah Badan Riset dan Inovasi Nasional, Kolaborasi Riset dan Inovasi Kecerdasan Buatan

Perusahaan pengembang alat kecerdasan artifisial, Glair.ai dan Datasaur.ai, yang keduanya didukung oleh perusahaan modal ventura GDP Venture.

“Kesepakatan ini muncul setelah bahasa Indonesia menjadi bahasa resmi ke-10 dalam sidang umum UNESCO pada sesi pleno Sidang Umum Ke-42 di Paris pada tanggal 20 November,” katanya

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *