TABLOIDELEMEN.com – Pergelaran Wayang Suket menghadirkan dalang muda Purbalingga dengan iringan Terlung (Siter Calung) alat musik tradisional.
Pergelaran Wayang Suket ini akan terselenggara dua kali ini yang menjadi rangkaian kegiatan “Belajar Bersama di Museum” (BBM).
Yakni pada Kamis 20 November 2025 dan Rabu 26 November 2025, di pelataran Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja, Purbalingga.
Masyarakat dapat menyaksikan Wayang Suket, wayang yang terbuat dari rumput dan telah resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2020 lalu.
Dalang muda asal Kecamatan Rembang, Ki Muchammad Sidik Purwoko dan Ki Lalang Jazmul Qolbi, akan menjadi dalang dalam dua pergelaran tersebut.
Sedangkan musik Terlung pimpinan Ki Sumitro Purbodarsono dari Desa Wanogara Wetan, Rembang, akan melengkapi penampilan mereka.
Selain itu, pergelaran pada Kamis 20 November 2025, terselenggara bersamaan dengan rangkaian Kaharsa Fest untuk pelajar setingkat SMA serta Lomba Menulis bagi pelajar setingkat SMP dan SMA.
Pengunjung juga dapat mengikuti kegiatan melukis pergelaran Wayang Suket.
Sedangkan pergelaran Rabu 26 November 2025, merupakan bagian dari Pameran Kontemporer, yang juga mencakup kegiatan melukis pergelaran Wayang Suket.
Lomba Menulis memiliki dua kategori yaitu pelajar SMA menulis Fiksi bertema Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja, dan pelajar SMP menulis pengalaman pribadi bertema kebudayaan di sekitar kita.
Kaharsa Fest pada 20 November 2025 mengusung Lomba Ngadi Busana, yakni busana tradisi Purbalingga, dengan mengundang 60 peserta pelajar SMA dan SMK.
Sejarah Wayang Suket Purbalingga
Almarhum Mbah Gepuk, seniman pinggiran asal Desa Bantarbarang, Kecamatan Rembang, Purbalingga, kali pertama memperkenalkan kesenian ini sekitar tahun 1990-an.
Kemudian, keterampilan membuat Wayang Suket menurun kepada cucunya, Bodriyanto, dan seniman kampung Ikhsan Yoso.
Kepala Bidang Pembinaan Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Purbalingga, Wasis Andri Wibowo menuturkan, meskipun membuat wayang suket itu sulit karena rumit.
“Namun, beberapa anak sudah mampu menguasai keterampilan tersebut karena bimbingan Bodriyanto semasa anak-anak itu bersekolah,” katanya.
Pameran Temporer bertema “Tata Titi Peranti” akan mengangkat perihal peranti kebudayaan dalam Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) Kabupaten Purbalingga.
Selain itu, peluncuran tata pamer baru di ruang pamer utama juga akan berlangsung.
Tata pamer baru ini hadir setelah Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja menerima hibah mebelair milik almarhum yang selama ini tersimpan di Jakarta.
Budhi Sugarda, putra almarhum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja, mengungkapkan bahwa mebel motif Leo atau Singa ini hanya ada dua set di Indonesia.
“Itu tahun 1950 dan salah satunya merupakan milik almarhum Soegarda Poerbakawatja,” katanya.
Seluruh kegiatan ini terlaksana berkat dukungan penuh Kementrian Kebudayaan Republik Indonesia melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) Non-Fisik Museum dan Taman Budaya 2025.
Pergelaran perdana Wayang Suket sendiri berlangsung pada Malam Penganugerahan Festival Film Purbalingga (FFP) 2011 di Aula Hotel Kencana Purbalingga, dengan dalang Ki Sumitro Purbodarsono.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News

















