TABLOIDELEMEN.com – Museum Soegarda Poerbakawatja Purbalingga fokus melakukan kajian dokumen-dokumen pribadi milik Soegarda Poerbakawatja yang selama ini tersimpan di ruang penyimpanan koleksi museum.
Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purbalingga, Wasis Andri Wibowo menjelaskan, Museum Soegarda Poerbakawatja Purbalingga bekerjasama dengan tim pengkaji dengan pimpinan Agra Bayu Rahadi dari Yogyakarta.
BACA JUGA: Museum Soegarda Poerbakawatja Purbalingga Gelar Museum Keliling 2023 di 5 Lokasi, Ini Jadwalnya
Hasil kajian tersebut akan memberi nilai tambah bagi Museum Soegarda. Khususnya dari aspek koleksi.
Karena selama ini, informasi tentang Soegarda Poerbakawatja memang masih terbatas.
“Kita tahunya, sebatas Pak Soegarda ini adalah pendiri dan rektor pertama Universitas Cendrawasih,” kata Wasis, Minggu 5 November 2023.
BACA JUGA: Melihat Kembali Museum Prof Dr R Soegarda Poerbakawatja Purbalingga. Rumah Kebudayaan Tertinggi
Padahal lanjut Wasis, koleksi dokumen menunjukan Soegarda Poerbakawatja punya pengalaman yang banyak dalam dunia pendidikan.
Baik di era kolonialisme Belanda dan Jepang maupun era kemerdekaan.
“Dia pernah mengajar di Lampung hingga di Banyumas. Bahkan dari dokumen berbahasa Jawa di keraton Jogjakarta, diketahui bahwa Soegarda pernah menjadi kepala sekolah HIS keputran yang khusus ngajarin anak raja,” katanya.
40 Dokumen Pribadi Soegarda
Kurator Museum Soegarda Poerbakawatja, Anita Ika Cahyani menjelaskan, ada sekitar 40 dokumen yang akan dikaji.
Seperti, surat keterangan lahir, ijazah hingga dokumen penugasan kerja.
“Sebagai orang yang lahir tahun 1899, tentunya Soegarda memiliki dokumen berbahasa Jawa dan Belanda. Bahkan aksara Jawa,” kata Anita.
BACA JUGA: Tahukah Anda, 12 Oktober Merupakan Hari Museum Nasional. Ini Sejarahnya
Anita menjelaskan, setelah ada pengkajian dan terjemahannya, koleksi pribadi Soegarda tersebut bisa terpajang di museum yang ada di pusat Kota Purbalingga ini.
“Selama ini, koleksi dokumen hanya tersimpam di ruang penyimpanan. Kami tidak berani menyajikan, karena belum melalui kajian. Terutama dokumen-dokumen yang berbahasa asing,” jelas Anita.
Konservasi Koleksi Kertas
Pimpinan Tim Pengkaji, Agra Bayu Rahadi menjelaskan, kondisi dokumen yang sudah berumur akan membuat dokumen menjadi rapuh.
Sehingga, butuh kehati-hatian dalam pengajian.
Melihat banyaknya dokumen yang ada, Agra Bayu menyarankan agar kedepannya pengelola Museum harus melakukan konservasi koleksi khusus kertas.
“Karena dokumen-dokumen ini merupakan bukti autentik perjalanan Soegarda di dunia pendidikan tanah air. Sehingga, kondisi dokumen akan tetap utuh,” kata Agra Bayu.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News