TABLOIDELEMEN.com – Umat Islam Indonesia berutang banyak terhadap aksara pegon.
Dalam arti, mungkin masyarakat Muslim tidak akan bisa merasakan kenikmatan berislam di bumi Nusantara andai kata tidak ada huruf pegon yang menjadi perantara syiarnya.
“Misalnya Suluk Sunan Bonang menggunakan aksara pegon untuk syiar dakwah. Utang ini tentu harus kita bayar. Kita bayar dengan cara menjaganya agar tidak hilang,” kata Menteri Agama H Yaqut Cholil Qoumas (Gus Yaqut) saat membuka acara Kongres Aksara Pegon yang bertajuk “Mengawal Peradaban Melalui Digitalisasi Aksara Pegon” di Jakarta pada Jum’at (21/10) malam.
Di era kontemporer, lanjut Gus Yaqut, ada beberapa ulama Nusantara yang menulis kitab dengan menggunakan aksara pegon, seperti Kitab Tafsir Al-Ibris karangan KH Bisri Musthofa asal Rembang dan kitab terjamah Munfarijah karangan KH Sahal Mahfudh, Rais Aam PBNU 1999-2014.
“Banyak kitab kontemporer yang bermanfaat bagi peradaban keislaman yang ditulis dalam aksara pegon. Pegon juga penting, karena kita bisa menyusun teks sastra yang dapat ditembangkan,” ujar Ketua Umum Pimpinan Pusat GP Ansor ini.

Meletakkan literasi digital menjadi urgensi, sebagai upaya transformasi untuk menghasilkan talenta digital dan menjadi rujukan informasi yang ramah anak, aman tanpa konten negatif.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News