Mengenal Lujeng Ismail, Pelukis Kawakan dari Purbalingga, Pernah Menjadi Pelukis Becak

Lujeng Ismail, seorang pelukis kelahiran Purbalingga yang kini berusia 57 tahun.
Lujeng Ismail, seorang pelukis kelahiran Purbalingga yang kini berusia 57 tahun.

Menjadi Pelukis Becak

Nah dari sini ia mulai menfokuskan untuk belajar menggambar tokoh orang. Fokusnya adalah harus mirip bahkan sama persis.

“Saya fokuskan untuk melukis foto. Hasilnya harus mirip dan sama persis. Banyak permintaan untuk melukis foto. Mulai saya komersilkan, kalau tidak salah harganya Rp.250.000. Itu sampai tahun 1991,” kenang suami dari Dewi Mintarsih ini.

Keindahan lukisan Lujeng ini rupanya menarik perhatian Ahmad, seorang juragan becak yang berkunjung kerumahnya dan menawarkan kerjasama untuk melukis semua becak miliknya.

Bacaan Lainnya

Lujeng mengunakan cat minyak untuk melukis pemandangan yang nantinya dipasang pada papan depan pengemudi becak. Melukis becak ini ia tekuni hingga tahun 1996.

“Harganya Rp.6000 satu papan. Sehari dapat selesai 5 lukisan. Lumayan dapat uang Rp30.000,” katanya.

Akan tetapi kejenuhan untuk melukis mengoyak pikiran Lujeng.

Selama setahun, sekira tahun 1996-1997 ia berhenti melukis dan menekuni berdagang keliling tali bandol ke toko-toko besi.

Saat berdagang, ia selalu menyempatkan untuk menawarkan lukisan-lukisan berupa pemandangan gunung, pedesaan, sawah dan air terjun. Lukisan itu dalam media kanvas berukuran 90cm x 60cm.

“Ternyata banyak juga orang yang tertarik untuk membeli lukisannya. Alirannya natural. Ada yang beli seharga Rp450.000,” katanya.

Setahun berlalu, pada tahun 1998, ia kembali menekuni dunia lukis. Saudaranya yang tinggal di Denpasar Bali mengenalkannya dengan Kimura, kolektor lukisan asal Jepang.

Pertama kali ia diminta untuk mengirimkan foto lukisan, ternyata sang kolektor itu tertarik dan mengajak bertemu di Yogyakarta.

“Transaksi dengan Kimura berhasil. Lukisan dibayar dan dibawa ke Jepang. Bangga sekali. Malah dia minta untuk setiap 6 bulan sekali saya wajib mengirimkan lukisan dan bertemu di Yogyakarta,” katanya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *