TABLOIDELEMEN.com – Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti menyerukan pentingnya perubahan pola pikir dalam dunia pendidikan.
Namun, untuk mengimplementasikan pendekatan ini harus secara bertahap.
“Karena hasil dari kebijakan tersebut butuh proses panjang dan longitudinal,” katanya.
Ia menegaskan pendekatan pembelajaran mendalam atau deep learning, bukan kurikulum baru yang menggantikan Kurikulum 2013 atau Kurikulum Merdeka.
“Ini perlu saya tegaskan supaya tidak terjadi kesalahpahaman di kalangan kita,” katanya, Rabu 13 Agustus 2025.
Mendikdasmen menjelaskan, bahwa Peraturan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Permendikdasmen) Nomor 13 Tahun 2025 bukanlah aturan tentang kurikulum baru.
Permendikdasmen 13/2025 merupakan bagian dari satu rangkaian kebijakan dari yang sebelumnya telah terbit.
Yakni tiga regulasi meliputi, standar kompetensi lulusan, standar isi atau muatan pembelajaran.
Serta pedoman pembelajaran kecerdasan buatan dan pemrograman (coding).
“Pembelajaran mendalam itu bukan banyak-banyakan materi,” tegasnya.
Ia menegaskan, Permendikdasmen 13/2025 menjadi fondasi penting dalam memperbaiki kualitas pembelajaran
Serta membentuk generasi Indonesia yang memiliki kompetensi mendalam, berpikir kritis, dan mampu menghadapi tantangan zaman.
“Karakternya adalah sempit tapi dalam. Less but more atau ebih sedikit tetapi lebih banyak. Serta when less is more, ketika lebih sedikit lebih baik,” katanya
Ia menambahkan, pendekatan ini memungkinkan keterkaitan antar-materi dan antar-mata pelajaran melalui metode yang integratif dan kontekstual.
Tak hanya fokus pada materi eksplisit (return curriculum), pembelajaran juga menekankan pengalaman tersembunyi (hidden curriculum).
“Seperti kegiatan sosial, kepemimpinan, dan interaksi di sekolah,” paparnya.
Mu’ti juga menekankan tiga prinsip utama dalam pembelajaran mendalam, yakni mindfulness, meaningful, dan joyful.
Pembelajaran harus memperhatikan keberadaan semua murid secara utuh, memberi ruang partisipasi yang setara
Sekaligus, dan menciptakan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan.
“Joyful bukan berarti lucu-lucuan. Tapi semangat belajar yang tumbuh dari dalam. Bahkan bukan sekadar motivasi, namun menggetarkan semangat pantang menyerah dalam belajar,” katanya.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News