TABLOIDELEMEN.com – Masyarakat Jawa masih meyakini tanggal 1 Suro menjadi hari sakral, karena merupakan hari pertama pada kalender Jawa.
Sementara itu, tentu tidak jauh berbeda dengan pemaknaan 1 Muharam bagi umat Islam.
Mengutip laman NU Online, kata ‘suro’ berasal dari kata ‘asyura’ dalam bahasa Arab.
Sultan Agung pemimpin Kerajaan Mataram Islam menginisiasi hal ini untuk pertama kali.
Sang Sultan menggabungkan penanggalan Hijriah dengan tarikh Saka.
Biasanya masyarakat Jawa akan merayakan malam 1 Suro dengan berbagai tradisi.
Tujuannya adalah untuk ketentraman batin dan keselamatan.
Karena mereka percaya pada hari tersebut segala jenis makhluk halus seperti jin, setan, siluman, dan lainnya mudah masuk ke alam manusia.
Ada banyak cara yang dilakukan masyarakat Jawa untuk menyambut Satu Suro.
Umumnya, mereka melakukan “laku prihatin” dengan tidak tidur semalaman.
Aktivitas selama laku prihatin ini antara lain tirakatan, menyaksikan pertunjukan wayang, dan menghadiri berbagai acara kesenian lainnya.
Laman indonesiakaya.com menulis, sepanjang bulan Suro masyarakat Jawa meyakini untuk terus bersikap eling (ingat) dan waspada.
Eling memiliki arti manusia harus tetap ingat siapa dirinya dan di mana kedudukannya sebagai ciptaan Tuhan.
Sementara waspada berarti manusia juga harus terjaga dan waspada dari godaan yang menyesatkan.

Menulis itu tidak selalu dengan paragraf-paragraf yang panjang. Menulislah tentang perasaan kita dan tentang apa yang ada dipikiran kita. Tanpa tersadar, kita sesungguhnya telah menulis.
Baca update artikel lainnya di Google News