Mulai terjadi bentrok antara TKR dan sekutu
Hubungan Indonesia dan Inggris pun semakin memanas. Tentara sekutu sempat meminta kembali senjata rampasan pasukan Jepang yang dimiliki pejuang Indonesia, namun tidak direspons oleh para pejuang dan pemuda. Ditambah warga Belanda telah dibebaskan mulai mengganggu keamanan.
Bentrokan antara TKR dan tentara sekutu pun terjadi. Pasukan Indonesia melancarakan serangan pada malam tanggal 24 November 1945 pada markas-markas sekutu yaitu Hotel Preanger dan Savoy Homann, Lapangan Terbang Andir, dan tangsi Jepang di Tegalega.
Situasi kian tidak terkendali saat serangan dibalas oleh Inggris. Belum lagi keesokan harinya pada tanggal 25 November, pintu air Cikapundung di Dago jebol hingga menyebabkan banjir besar dan menewaskan puluhan warga Bandung.
Brigadir MacDonald pun bertemu dengan Gubernur Jawa Barat, Mr. R. Sutarjo Kartohadikusumo di markas tentara sekutu pada tanggal 27 November 1945.
Brigadir MacDonald kemudian mengeluarkan ultimatum yang berisikan ancaman penembakan kepada seluruh warga Indonesia yang kedapatan membawa senjata, berada disekitar pos-pos tentara Inggris, Jepang, dan pasukan Recovery of Allied Prisoners of War and Internees (RAPWI), dan meminta untuk meninggalkan Bandung Utara.
Tenggat waktu pemenuhan ultimatum adalah tanggal 29 November 1945. Namun, para pejuang Indonesia mengabaikannya dan tetap menyusun strategi perlawanan gerilya dan sporadis di berbagai daerah di Bandung.
Awal tahun 1946, pertempuran kian memanas. Pada Januari 1946, TKR diubah namanya menjadi Tentara Keselamatan Rakyat (TKR), dan kemudian Tentara Republik Indonesia (TRI).

Bagi saya yang juga seorang ibu rumah tangga, menulis dapat dijadikan media terapi. Berbagi cerita, mengungkapkan emosi, meredakan stres, dan melepaskan kebosanan.
Baca update artikel lainnya di Google News