Perlu pemahaman lebih dalam, bahwa malam 1 Suro berkembang dari budaya masyarakat Jawa.
Sementara perayaan 1 Muharram berasal dari ajaran agama Islam. Keduanya memiliki perbedaan yang signifikan walapun perayaannya pada hari yang sama
Pemilihan malam 1 Suro sama dengan 1 Muharam awalnya ketika zaman pemerintahan kerajaan Demak.
Sekitar 931 H atau 1443 tahun Jawa baru, Sunan Giri II telah membuat penyesuaian antara sistem kalender Hirjiyah dengan sistem kalender Jawa.
Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam lantas meneruskan Tradisi malam 1 Suro
Kala itu, ia ingin agar rakyatnya bersatu, tidak terbelah untuk melawan Belanda.
Sultan Agung ingin menyatukan kelompok santri dan abangan. Lalu setiap hari Jumat legi dilakukan laporan pemerintahan setempat sambil pengajian, ziarah kubur dan haul ke makam Ngampel dan Giri.
Sepeninggal Sultan Agung, tradisi-tradisi dari keraton setiap malam 1 Suro masih tetap terselenggara
Sementara 1 Muharam ditetapkan sebagai Tahun Baru Islam berasal dari usulan Umar bin Al Khattab pada 638 Masehi.
Sejak Nabi datang ke Madinah, tidak ada tahun yang digunakan dalam penanggalan.
Sehingga urusan pemerintahan seperti surat menyurat saat itu mengalami masalah. Lalu akhirnya dipilihlah peristiwa Hijrah menjadi tahun pertama kalender Islam.

Meletakkan literasi digital menjadi urgensi, sebagai upaya transformasi untuk menghasilkan talenta digital dan menjadi rujukan informasi yang ramah anak, aman tanpa konten negatif.
Baca update artikel lainnya di Google News