Seni pertunjukan reog Ponorogo merupakan salah satu tradisi masyarakat Ponorogo yang yang masih hidup dan bertujuan mempererat tali silaturahmi masyarakat Ponorogo.
Pementasan reog mulai muncul sejak tahun 1920 hingga saat ini. Namun, pada zaman pemerintah kolonial Belanda dan Penjajahan Jepang menganggap reog sebagai kesenian yang merugikan hingga melarang karena dapat memobilisasi massa.
Eksistensinya yang mengandung nilai-nilai historis, filosofis, religious, kreatif, dan edukatif menjadikan reog sebagai hiburan rakyat yang legendaris.
Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Hilmar Farid mengatakan, Kemendikbudristek menominasikan empat elemen budaya Indonesia terdaftar sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) UNESCO
“Selain Reog, diajukan juga nominasi tenun Indonesia, jamu, dan tempe. Ya, secara resmi pada 25 Maret 2022.
Ia menambahkan, terkait pemberitaan adanya negara lain yang turut mengajukan Reog sebagai WBTb, , hingga kini tidak ada informasi resmi yang pihaknya terima mengenai hal tersebut.

Meletakkan literasi digital menjadi urgensi, sebagai upaya transformasi untuk menghasilkan talenta digital dan menjadi rujukan informasi yang ramah anak, aman tanpa konten negatif.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News