Gus Muwafiq: Ada Satu Kisah Sangat Menyakitkan Bagi Kaum Muslimin di Bulan Suro

Gus Muwafiq atau KH Ahmad Muwafiq
Gus Muwafiq atau KH Ahmad Muwafiq

TABLOIDELEMEN.com – Gus Muwafiq mengisahkan ada satu kisah yang sangat menyakitkan bagi kaum muslimin pada bulan Suro atau bulan Muharam.

Dalam kanal YouTube Ulama Nusantara,  KH Ahmad Muwafiq dalam ceramahnya ini mengungkapkan alasan mengapa dalam islam ada pantangan mengadakan hajatan pernikahan di bulan Muharam atau bulan suro bagi orang Jawa.

Salah satu pantangan para orang tua zaman dulu adalah pantangan mengadakan hajatan pernikahan pada bulan Muharam atau bulan Suro.

Bacaan Lainnya

Istilah Suro berasal dari kata Asyura (bahasa Arab) yang artinya kesepuluh (maksudnya tanggal 10 bulan Suro).

Istilah tersebut kemudian menjadi penanda bulan permulaan perhitungan dalam kalender Jawa.

Sedangkan dalam Islam menyebutnya bulan Muharram, bulan pertama dalam Kalender Hijriyah ini merupakan salah satu bulan yang mulia.

Bahkan, kemuliaannya tercatat dalam al Quran bersama tiga bulan lainnya, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

Bulan Muharram ini juga menjadi bulan Allah, padahal memiliki keutamaan yang sama dengan bulan lainnya.

Syekh Jalaluddin As-Suyuthi mengatakan, bahwa kelebihan bulan Muharram terletak pada namanya yang islami dibandingkan dengan bulan hijriyyah lainnya.

Di kalangan masyarakat Jawa masih ada anggapan bahwa menikah di bulan Suro adalah hal terlarang untuk menggelar hajatan.

Mereka masih percaya bulan Suro sebagai bulan yang buruk untuk mengadakan hajatan pernikahan.

Dalam suatu kajiannya, Gus Muwafiq mengatakan, orang Jawa memang punya banyak larangan saat Bulan Suro.

Mereka tidak berani senang-senang, tidak berani mantu, bahkan sampai pindah rumah.

“Ini orang yang terkadang salah paham. Buktinya apa, masak pas bulan Asyura tidak berani menikah. Malah sebagian orang Jawa mempercayai kalau Nyi Roro Kidul mantu,” kata Gus Muwafiq.

Memang ada peristiwa bersejarah yang terjadi di bulan Suro (Muharram).

Muharram menjadi bulan duka karena tanggal 10 Asyura. Karena, pasukan Yazid melakukan pembantaian terhadap cucu-cucu Rasulullah SAW.

Seluruh umat Islam pun berduka. Sejak itulah, orang Islam di seluruh dunia, bahkan masyarakat Jawa menjadikan Bulan Suro sebagai bulan duka atau belasungkawa.

Oleh sebab itu, larangan menikah atau menggelar hajatan di Bulan Suro menurut pandangan syariat Islam adalah tidak benar.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *