TABLOIDELEMEN.com – KH Baha’uddin Nur Salim atau yang kita kenal dengan Gus Baha’ memberikan penjelasan hukum merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW? Apakah boleh? Apa dalilnya?
Hal itu disampaikan Gus Baha’ dalam majlis Maulid Akbar dan Haul Habib Muhammad bin Hamid Al Kaff ke-24 dan Syarifah Mastoeroh binti Sholeh Al Jufri ke-51 di Kudus
Gus Baha’ mengutip penjelasan dalam Kitab Haulal Ihtifal yang ditulis oleh Sayyid Muhammad Alawi Al Maliki Al Hasani.
Gus Baha’ menjelaskan, Sayyid Muhammad Alawi termasuk Sayyid Hasani yang masyhur.
Di antara Alhasani yang masyhur yaitu Syekh Abdul Qadir Al-Jilani, Abu Hasan Asy-Syadzili, Abdus Salam bin Masyisy dan lain sebagainya.
Dalam Haulal Ihtifal halaman 15, disebutkan dalil boleh menyelanggarakan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW
Gus Baha’ mengatakan ada kajian ilmiah yang mengatakan bahwa orang pertama yang mendapatkan barokah Maulid Nabi adalah Abu Lahab.
Diriwayatkan bahwa Abu Lahab memeroleh keringanan azab tiap hari Senin karena ia gembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW
Ia juga memerdekakan budaknya, Tsuwaibah untuk membantu Ibunda Aminah mengurus Nabi Muhammad SAW yang telah lahir.
“Barokahe Maulid iku pertama sing ngerasakno ikut Abu Lahab. Padahal nopo? Kafir.” kata Gus Baha’.
Gus Baha’ menyampaikan perkataan Almuhaddits Addimsiqi yang menyebut Abu Lahab adalah seorang kafir yang telah dikritik Allah melalui surat Tabbat Yada dan dijatah masuk neraka Jahim selamanya.
Abu Lahab menerima keringanan azab tiap hari Senin selamanya. Keringanan tersebut karena ia gembira atas kelahiran Nabi Muhammad SAW
“Dados Abu Lahab berhubung seneng kalian Rasulillah, lahire Kanjeng Nabi itu ditahfif, diringanno. Seneng urun. Penting ditambahi urun,” kata Gus Baha’.
Kalau Abu Lahab saja dapat keringanan azab, bagaimana dengan orang yang sepanjang hdiupnya suka dengan Rasulullah Muhammad SAW dan ia meninggal dalam keadaan bertauhid?
Gus Baha’ menganalogikan orang yang punya anak yang tak jelas prospeknya apakah saleh atau tidak saja merasa bahagia. Itu saja tidak ada yang menggugat kenapa dia senang? Padahal tidak jelas prospeknya.
“Kok ada wong nggugat seneng mbek Nabi Muhammad SAW?”
Jika ada yang tidak suka Maulid, itu sama saja ia mempertanyakan kenapa kamu senang terhadap Nabi Muhammad SAW?

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News