TABLOIDELEMEN.com – Film “Wek Wek” sutradara Lukman Maulana produksi SMK Negeri 1 Kaligondang Purbalingga mendapat anugerah Jury’s Special Mention (Perhatian Khusus Juri) kategori Kompetisi Dokumenter Pelajar Festival Film Dokumenter (FFD) Yogyakarta, di eks-Bioskop Permata, Sabtu malam, 19 November 2022
Selain “Wek Wek”, ada dua dokumenter yang menjadi official selection, yaitu “Kesaksian Darsan” sutradara Annisa Rahmasari produksi Kafiana Production SMK YPLP Perwira Purbalingga dan “Ngantih” sutradara Afifah Putri Hidayah produksi SMK Darul Abror Bukateja Purbalingga.
Karena pihak sekolah tidak mendukung, Lukman tidak berkesempatan datang ke FFD, baik saat pemutaran, diskusi dan malam penganugerahan. Filmnya tidak diakui sebagai produk siswa.
Meski demikian, saat bicara lewat google meet, usai Dewan Juri mengumumkan penghargaan, Lukman masih sempat berterima kasih kepada pihak sekolah.
“Tidak menyangka bisa mendapatkan penghargaan ini. Terimakasih untuk pihak-pihak yang telah mendukung, orang tua saya, CLC, sekolah,” katanya.
Dokumenter “Wek Wek” berkisah tentang pekerjaan menggembala bebek bernama Sukirman yang ia jalani secara turun-temurun.
Sementara di rumah, Manisah, istri Sukirman mengolah sendiri telur bebek menjadi telur asin untuk dijual keliling.
Sukirman dan para penggembala bebek hidup berpindah-pindah, dari satu persawahan ke persawahan lainnya.
Perhatian Khusus Juri
Dewan Juri Kompetisi Film Pelajar terdiri dari Amalia Sekarjati, Siska Raharja, dan Winner Wijaya bersepakat pada kategori ini tidak ada film terbaik.
“Ketiga film ini mengangkat tema yang menarik dan terbalut benang merah cerita yang cukup baik, tetapi belum menawarkan variasi cara bercerita dan bentuk.
Maka dari itu, tim juri memutuskan tidak ada pemenang dokumenter pelajar FFD 2022,” ungkap Winner saat membacakan catatan Dewan Juri.
Meskipun tidak ada film terbaik, Dewan Juri memberi penghargaan Perhatian Khusus Juri kepada film “Wek Wek”.
Menurut Amalia, dokumenter ini berhasil mengangkat dengan jujur hal-hal yang dekat dengan keseharian.
“Sebenarnya dari ketiga film ini memiliki potensi yang lubar biasa dan membutuhkan kesabaran para pelajar. Secara garis besar, kepedulian pelajar untuk belajar dan mencari tahu lewat dokumenter ini sangat diapresiasi Dewan Juri,” tutur Amalia.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News