TABLOIDELEMEN.com – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kabupaten Purbalingga menyelenggarakan pelatihan dan pendampingan bagi para perajin batik dan desainer lokal.
Sebanyak 20 pembatik dan 22 desainer lokal yang tergabung dalam Asosiasi Fashion Desainer Purbalingga (Afdega).
Serta siswa SMK jurusan tata busana dan beberapa desainer independen.
Program ini bekerja sama dengan LF Fashion Consultant dan didukung oleh PT HM Sampoerna Tbk melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) “Sampoerna untuk Indonesia”.
Pelatihan yang berlangsung di SMK Bojongsari ini menghadirkan perancang busana nasional sekaligus Vice Chairman Indonesian Fashion Chamber (IFC), Lisa Fitria, sebagai mentor utama.
Lisa menjelaskan, ada dua pelatihan, yaitu pengembangan motif batik Sudirman yang berbasis kontemporer khas Purbalingga, dan satu lagi adalah Fashion Ready to Wear Inkubator.
“Nah, tahun ini kami lanjutkan dan lebih menekankan pada output berupa busana siap pakai berbasis sustainable fashion,” katanya Sabtu 14 Juni 2025.
Menurut Lisa, pendekatan dalam pelatihan kali ini berbeda dari biasanya karena peserta diajarkan metode batik pola.
Metodenya adalah mendesain dulu busananya, baru kemudian membuat batiknya.
Jadi lebih efisien, bisa menekan harganya, dan daya jualnya jadi lebih kompetitif.
“Harapannya, konsumen bisa mendapatkan batik tulis dengan harga yang lebih terjangkau,” katanya.
Selain menekankan pada konsep keberlanjutan, pelatihan ini juga mengedepankan aspek keterampilan tangan atau craftsmanship.
Ia mengajak peserta untuk memanfaatkan limbah kain atau sisa perca sebagai bahan aplikasi seperti smock, bunga, hingga ulir benang pada busana.
“Biasanya busana bisa tembus di harga Rp300 ribuan, tapi dengan sentuhan craftsmanship, nilainya bisa naik dua kali lipat,” kata Lisa.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News