BNN Purbalingga Catat Maraknya Penyalahgunaan Obat Psikotropika, Warung Aceh Jadi Sorotan

Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Purbalingga mencatat maraknya peredaran obat-obatan terlarang dengan penjualan bebas di sejumlah warung atau ruko tertentu.
Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Purbalingga mencatat maraknya peredaran obat-obatan terlarang dengan penjualan bebas di sejumlah warung atau ruko tertentu.

TABLOIDELEMEN.com – Badan Narkotika Nasional (BNN) Kabupaten Purbalingga mencatat maraknya peredaran obat-obatan terlarang dengan penjualan bebas di sejumlah warung atau ruko tertentu.

Maraknya peredaran obat-obatan tersebut erat kaitannya dengan keberadaan warung-warung yang masyarakat mengenalnya sebagai “Warung Aceh.”

BNN Purbalingga menduga warung tersebut menjadi tempat penjualan obat-obatan tanpa izin seperti tramadol dan alprazolam.

Penjualannya pun  terselubung, dengan modus membuka warkop, ruko ataupun kontainer sewaan.

“Ciri-cirinya, barang dagangan terbatas, hanya menjual beberapa item saja. Tapi pembelinya kebanyakan anak muda, dan cenderung aktif di malam hari,” kata Kepala Tim Rehabilitasi BNN Purbalingga, Awan Pratama, Selasa 30 September 2025.

Bacaan Lainnya

Ia mengatakan, kasus penyalahgunaan narkotika di Purbalingga sebenarnya cenderung landai.

Namun, faktor pemicunya kini semakin banyak. Terutama akibat keberadaan “Warung Aceh” itu.

“Beli obat penenang seharusnya hanya bisa dengan resep dokter. Tetapi obat-obatan ini justru bebas dengan harga yang murah. Yakni sekitar Rp10 ribu bisa dapat dua atau tiga,” katanya.

“Sehingga ini menjadikannya pelajar sangat mudah untuk membelinya,” imbuhnya.

Ia merinci, dari data BNN Purbalingga, sebanyak 33 klien telah menjalani rehabilitasi sepanjang tahun ini.

“Ironisnya, hampir 80 persen dari jumlah tersebut merupakan kalangan pelajar,” katanya.

Ia menjelaskan, mayoritas penyalahgunaan yang menjalani rehabilitasi tahun ini adalah pelajar tingkat SMP dengan rentang usia 13-17 tahun

Mereka sebagian besar terjerumus karena pengaruh teman sebaya dan lemahnya ketahanan diri.

“Usia SMP ini termasuknya usia peralihan dari anak-anak menuju ke remaja. Sehingga ini cukup rentan. Kebanyakan, mereka mengaku karena ikut-ikutan teman,” kata Awan Pratama.

 

 

Pos terkait