Rumah Nyai Hj. Masruroh yang hanya memiliki 1 kamar mandi dan wc, akhirnya dirombak total untuk dijadikan beberapa kamar, dengan harapan bisa menampung jumlah santriwati yang semakin tahun kian meningkat.
Nyai Masruroh mendidik para santri dengan tekun dan telaten. Beliau dibantu oleh putrinya yang bernama Hj. Chodidjah Hasyim.
Karena semakin banyaknya jumlah santriwati, maka atas inisiatif Hj. Chodidjah bersama suaminya KH. Abdurrahman Utsman, asrama yang sudah ada dikembangkan menjadi sebuah pondok pesantren. Pesantren kecil itu diberi nama Al-Masruriyyah.
Nyai Masruroh binti Kiai Hasan Muchyi tutup usia pada hari Selasa, 1 Mei 1979 M atau 4 Jumadal Akhirah 1399 H, dalam keadaan sakit diabetes.
Beliau dimakamkan di Pemakaman keluarga Tebuireng bersama dengan mendiang suaminya KH. Hasyim Asy’ari beserta dzuriyah yang lain.
Setelah itu estafet kepemimpinan Al-Masruriyyah dipegang oleh putrinya, Hj. Chodidjah Hasyim beserta suaminya, KH. Abdurrahman Utsman.

Menulis itu tidak selalu dengan paragraf-paragraf yang panjang. Menulislah tentang perasaan kita dan tentang apa yang ada dipikiran kita. Tanpa tersadar, kita sesungguhnya telah menulis.
Baca update artikel lainnya di Google News