Kurikulum Pendidikan Pancasila
Ia mengatakan, pencanangan Kurikulum Pendidikan Pancasila dalam sistem pendidikan nasional merupakan manifestasi nyata dari komitmen dan keberpihakan kita bersama untuk melestarikan nilai-nilai luhur Pancasila.
“Sekaligus menjadi jawaban atas beragam paradigma dan fenomena zaman yang kian hari terasa semakin menggerus jati diri bangsa,” kata Bamsoet.
Bamsoet menilai memasukkan pendidikan Pancasila kembali dalam sistem pendidikan nasional adalah langkah yang tepat.
“Ada survei CSIS mencatatkan sekitar 10 persen generasi milenial setuju mengganti Pancasila dengan ideologi yang lain,” katanya.
Namun lanjut Bamsoet, survei Komunitas Pancasila Muda pada akhir Mei 2020 mencatat hanya 61 persen responden yang merasa yakin dan setuju nilai-nilai Pancasila penting dan relevan dengan kehidupan mereka.
“Sementara, 19,5 persen di antaranya menganggap Pancasila hanya sekadar istilah yang tidak dipahami maknanya,” katanya.
Ia menambahkan, survei LSI Tahun 2018 juga mencatat bahwa dalam kurun waktu 13 tahun masyarakat yang pro terhadap Pancasila telah mengalami penurunan sekitar 10 persen, dari 85,2 persen pada tahun 2005 menjadi 75,3 persen pada tahun 2018.
Karenanya, perlu membekali generasi muda dengan pendidikan Pancasila sejak mereka menempuh pendidikan di sekolah dasar.
“Sehingga sekolah juga menjadi institusi yang tidak hanya melahirkan anak bangsa yang memiliki kecerdasan intelektual saja, tetapi juga memiliki kecerdasaan kebangsaan,” kata Bamsoet.

Meletakkan literasi digital menjadi urgensi, sebagai upaya transformasi untuk menghasilkan talenta digital dan menjadi rujukan informasi yang ramah anak, aman tanpa konten negatif.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News