TABLOIDELEMEN.com – Nyepi merupakan hari suci bagi umat Hindu. Hari Raya Nyepi ini merupakan peringatan Tahun Baru Saka berdasarkan penanggalan Saka atau penanggalan Hindu.
Tahun Baru Saka 1945 atau Hari Raya Nyepi 2025 jatuh pada Sabtu 29 Maret 2025.
Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara oleh seluruh umat Hindu di Pulau Bali, yakni melasti, tawur (pecaruan) dan pengrupukan.
Upacara Melasti Sebelum Hari Raya Nyepi
3 atau 2 hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis.
Umat Hindu akan mengarak segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) ke pantai atau danau.
Karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh(kotor) di dalam diri manusia dan alam.
Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada “tilem sasih kesanga” (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya pada seluruh tingkatan masyarakat.
Mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya.
Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar).
Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta kala, dan segala leteh (kekotoran) harapannya sirna semuanya.
Caru terlaksana di rumah masing-masing terdiri dari nasi manca (lima) warna berjumlah 9 tanding/paket beserta lauk pauknya, seperti ayam brumbun (berwarna-warni) dan tetabuhan arak/tuak.
Buta Yadnya ini untuk Sang Buta Raja, Buta Kala dan Batara Kala, dengan memohon supaya mereka tidak mengganggu umat.
Mecaru masuk dalam upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu.
Serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh.
Tahapan ini untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar.
Khusus di Bali, pengrupukan biasanya akan meriah dengan pawai ogoh-ogoh yang mengarak perwujudan Buta Kala keliling lingkungan
Setelah usai, mereka membakar ogoh-ogoh dengan tujuannya yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.

Meletakkan literasi digital menjadi urgensi, sebagai upaya transformasi untuk menghasilkan talenta digital dan menjadi rujukan informasi yang ramah anak, aman tanpa konten negatif.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News