TABLOIDLEMEN.com – Pengasuh Pondok Pesantren Luhur Baitul Hikmah, Malang, Jawa Timur, Gus Ach Dhofir Zuhry menyatakan bahwa dalam kaidah Bahasa Indonesia, penulisan yang tepat adalah Insyaallah, bukan Inshaallah.
“Pakai ‘H’ atau pakai ‘Y’ ? Dalam Bahasa Indonesia pakai ‘Y’ (Insya), kalau pakai ‘H’ (Insha) jadi inso (إنصا) nanti,” jelas Gus Dhofir menjawab pertanyaan warganet sebagaimana tayangan Youtube NU Online diunggah Selasa 24 Januari 2023.
Dijelaskan Gus Dhofir, huruf ‘sy’ atau ‘sh’ ini erat kaitannya dengan transliterasi atau alih aksara huruf Arab ke Latin.
Menurutnya, perbedaan ejaan tersebut tidak perlu diperdebatkan karena transliterasi ini cukup dinamis dan mengalami perubahan atau penyederhanaan.
“Tapi sekarang transliterasi itu bergeser. Sekarang (transliterasi huruf) ص itu S titik di bawah (Ṣ),” ujarnya.
Dia menerangkan bahwa kedua ejaan tersebut bisa dianggap benar dan tepat selama huruf “sy” atau “sh” itu merujuk pada huruf ش yang ada dalam kalimat اِنْ شاَءَ اللّٰه.
“Ejaan ‘sy’ ini ejaan Bahasa Indonesia, kalau ‘sh’ itu ejaan luar (Bahasa Inggris),” ungkapnya.
kalimat Insyaallah merupakan perintah Allah yang ada dalam Al-Qur’an, tepatnya pada Surat al-Kahfi ayat 23-24
Menurut Gus Dhofir وَلا تَقُولَنَّ لِشَيْءٍ إِنِّي فَاعِلٌ ذَلِكَ غَدًا . إِلّا أَنْ يَشَاءَ الله “Dan janganlah engkau mengatakan tentang sesuatu, ‘Aku akan melakukannya besok.’
Kecuali jika Allah menghendaki atau mengucapkan insyaallah.” Secara literal Insyaallah berarti “jika Allah menghendaki”.
Ayat ini mengandung pendidikan bagi pengucapnya tentang pentingnya rendah hati. Tidak terlalu mengandalkan kemampuan pribadi karena ada kekuatan yang lebih besar dibanding dirinya.
Mengucapkan Insyaallah juga sebagai bentuk keinsafan bahwa di balik semua peristiwa ada Sang Penentu.
Tidak semua yang diinginkan bisa terwujud. Seluruhnya bersifat tidak pasti, dan justru karena itulah manusia dituntut berikhtiar.
Kata Insyallah merupakan wujud pengakuan atas kelemahan diri di hadapan Allah sembari bekerja keras karena proses yang ditempuhnya belum menemukan kepastian hasil.
Manusia memang dilarang memastikan perbuatan yang masih dalam rencana, karena yang demikian termasuk cermin keangkuhan.
Manusia tidak mungkin mengandalkan secara mutlak dirinya sendiri. Sebagai makhluk, ia membutuhkan Sang Khaliq. Seberapapun besar jerih payah seseorang, tetaplah ia sebatas pada level ikhtiar

Meletakkan literasi digital menjadi urgensi, sebagai upaya transformasi untuk menghasilkan talenta digital dan menjadi rujukan informasi yang ramah anak, aman tanpa konten negatif.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News