Terlepas dari nama besar Kiai Hasyim, sebagai ulama bergelar Hadratusysyaikh dan pendiri sekaligus pimpinan tertinggi pertama Nahdlatul Ulama.
Dalam artikel yang memuat fatwa soal kentongan Kiai Hasyim tersebut, tak lama kemudian Kiai Faqih dari Maskumambang Gresik menyanggah fatwa soal kentongan itu, lewat jurnal yang sama pada edisi bulan berikutnya.
Kiai Faqih adalah wakil Kiai Hasyim. Beliau juga salah satu ulama besar yang turut mendirikan NU.
Dalam dunia demokrasi kita kenal adanya prinsip kebebasan berpendapat. Kata dibalas kata, tulisan dibalas tulisan.
Ternyata, prinsip itu sudah berlaku di NU hampir seabad lalu, 17 tahun sebelum Indonesia merdeka, 80 tahun sebelum munculnya UU ITE.
Saat itu, Kiai Faqih menulis dalam artikelnya bahwa kentongan bisa dianalogikan kepada beduk sebagai alat pemanggil shalat. Maka itu, beliau berpendapat kentongan mestinya tidak dilarang.

Menulis itu tidak selalu dengan paragraf-paragraf yang panjang. Menulislah tentang perasaan kita dan tentang apa yang ada dipikiran kita. Tanpa tersadar, kita sesungguhnya telah menulis.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News