Kurikulum prototipe
Adapun, kurikulum prototipe ini sedang diterapkan secara terbatas di sekitar 2.500 sekolah di seluruh Indonesia melalui Program Sekolah Penggerak. Untuk diketahui, salah satu program Merdeka Belajar ini diisi sekolah-sekolah yang mencerminkan keragaman yang ada di sistem pendidikan Indonesia.
“Sebagian besar adalah sekolah yang biasa saja. Bukan sekolah yang biasa dianggap favorit atau unggul. Bukan sekolah yang punya fasilitas yang berlebih. Banyak yang justru kekurangan secara sarana-prasarana. Sebagian juga berada di daerah tertinggal,” jelasnya.
Kata dia, penerapan secara terbatas ini adalah tahap penting dalam pengembangan kurikulum. Uji coba di sekolah yang beragam memastikan bahwa kurikulum yang dikembangkan memang bisa diterapkan di beragam kondisi.
“Uji coba tersebut juga memberi insight tentang bagaimana guru memaknai dan menerapkan sebuah kurikulum. Artinya, kurikulum dievaluasi oleh aktor paling penting, para guru!” tegas pria yang akrab disapa Nino ini.
Ia menjelaskan, evaluasi ini dilakukan dalam konteks nyata. Kurikulum baru ini pun dinilai akan melengkapi model uji publik yang biasanya didominasi oleh akademisi dan pengamat yang hanya melihat dokumen kurikulum saja.
“Bagaimana hasil evaluasinya? Detilnya sedang diolah oleh tim, tapi secara keseluruhan sangat positif!” ungkap dia.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News