TABLOIDELEMEN.com – Selain dapat memperkuat iman kita, membaca Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari Islam untuk mendekati diri kepada Allah Subhanallahu Wa Ta’ala.
Karya Asmaul Husna dapat ditemukan dalam dua jenis tauhid, yakni Tauhid al ylmial khabari dan tauhid al I’tiqadi.
Makna ini mengacu pada pengetahuan atau pengalaman dan sumbernya dari pesan atau wahyu Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang terkait dengan iman dalam pikiran.
Tauhid ini adalah penentuan sifat Allah Subhanallahu Wa Ta’ala yang lengkap dan penyucian sifat-Nya
Kata Asmaul Husna berasal dari bahasa Arab yaitu Al Asma’u yang berarti nama dan Al Husna yang berarti pesta yang indah dan menyenangkan.
Dalam kaitannya dengan Asmaul, Husna berarti nama Tuhan yang indah.
Asal-usul Asmaul Husna diceritakan dalam kitab Asbabun Nuzul.
Buku tersebut menjelaskan bahwa apa yang didoakan oleh Nabi yang berdoa di Mekah dengan mengatakan,
“Ya Rahman, Ya Rahim,” menjadi doa yang diucapkan oleh Nabi saat itu.
Menurut orang-orang musyrik, dia berkata, “Dia melarang kita untuk menyembah dewa dewa, tetapi dia menyebutkannya dalam doa.”
Dari kasus ini muncul surat al Isra ayat 110 yang berbunyi:
“Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al Asmaaul Husna dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalat mu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu”. (Q.S. Al-Isra: 110)
Wahyu dalam ayat Surat Al-Isra adalah peringatan dari Allah Subhanallahu Wa Ta’ala kepada orang-orang musyrik yang dipandang sebelah mata dari para nabi yang berdoa.
Dalam surat tersebut, Allah berfirman bahwa Nabi memanggil Rahman dan Rahim untuk memuji kekuasaan Allah dengan nama yang indah dan bermakna.
Kemudian Allah mengirimkan surat yang lain, Q.S. Al-A`raf: 180. Ditulis sebagai:
“Hanya milik Allah Asmaul Husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-nama Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. Al-A’raf: 180).

Menulis itu tidak selalu dengan paragraf-paragraf yang panjang. Menulislah tentang perasaan kita dan tentang apa yang ada dipikiran kita. Tanpa tersadar, kita sesungguhnya telah menulis.
Baca update artikel lainnya di Google News