Permen Davos, Kembang Gula Kuno yang Melegenda 

Permen Davos, Kembang Gula Kuno yang Melegenda 
Permen Davos, Kembang Gula Kuno yang Melegenda 

TABLOIDELEMEN.com – Permen Davos kini terkenal dengan kembang gula Kuno yang melegenda.

Kenapa? karena permen ini sudah menjadi bagian dari sejarah Indonesia dan sangat melegenda di Purbalingga.

Permen dengan rasa semriwingnya yang kuat ini sedikit berbeda dengan permen-permen yang umumnya beredar di pasaran.

Bacaan Lainnya

Warnanya putih dan berbentuk koin berdiameter 22 milimeter.

Satu kemasan rol berwarna ungu, terdiri dari 10 keping permen.

Davos sudah ada sejak masa penjajahan Belanda, tepatnya 28 Desember 1931

Siem Kie Djian terinspirasi kota berhawa dingin di Swiss. Oleh karenanya ia menyematkan nama Davos pada permen produksinya.

Hal ini sejalan dengan rasa peppermint yang semriwing pada permen Davos ini.

Selanjutnya, pengelolaan usaha permen Davos ini secara turun-temurun.

Mulai dari anak Siem Kie Djian yang bernama Siem Tjong An (generasi kedua).

Lalu ke cucu dan cucu menantu, Toni Siswanto dan Corrie Simadibrata (generasi ketiga).

Kemudian cicitnya, Budi Handojo (generasi keempat) dan terakhir ke canggahnya, Nicodemus Hardi (generasi kelima).

Kembang Gula Kuno yang Melegenda

Pengelola generasi kelima saat ini, Nicodemus Hardi mengatakan, permen Davos sempat mengalami masa suram selama masa penjajahan Jepang.

Setelah Jepang hengkang di tahun 1945. Setelah proklamasi Kemerdekaan RI, perusahaan permen ini kembali bangkit.

“Kami bangkit kembali, mulai menggunakan nama perusahaan ‘Slamet’ yang kemudian seiring berjalannya waktu resmi menggunakan PT Slamet Langgeng & Co. Nama ‘Slamet’ terinspirasi nama Gunung Slamet yang memang posisinya ada di Purbalingga,” katanya.

Pada era kebangkitan itu, PT Slamet Langgeng & Co tak hanya memproduksi permen Davos klasik kemasan ungu.

Tapi juga memproduksi permen Davos Lux dalam kemasan berwarna hijau dengan rasa mint yang lebih lembut dan berdiameter lebih imut.

Lalu Kresna yang kemasannya bergambar wayang Kresna dan Alpina.

“Selain permen, sebenarnya perusahaan kami pernah memproduksi limun dan biskuit. Tapi karena kesulitan bahan baku, terpaksa berhenti pada 1973,” kata Nico.

Bahan untuk membuat permen Davos, kata Nico, 98 persen gula pasir dan sisanya mentol serta zat pengikat.

Tidak ada zat pewarna, pegawet maupun pemanis untuk produk ini.

Namun, daya tahan permen ini bisa 1,5 tahun hingga 2 tahun.

Selain memproduksi permen Davos versi lama, pada November tahun 2009, Nico permen varian baru, yaitu Koffie, permen rasa kopi.

“Kami juga memproduksi Davos Rol yang dikemas satuan untuk mengimbangi permintaan pasar,” katanya.

Nah bagi Anda yang belum pernah mencoba semriwingnya permen jadul yang melegenda ini?

Sekarang Permen Davos tersedia di berbagai kota baik di Jateng, DKI Jakarta, DIY, jawa Barat dan Jawa timur.

Tapi kalau sulit menemukannya, bisa juga mengunjungi toko online. Tinggal ketik di google saja, ada banyak toko online yang menyediakannya.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *