TABLOIDELEMEN.com – Pengemasan prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah secara apik tanpa mengurangi nilai keskaralan untuk mengenang kehidupan nenek moyang zaman dahulu.
Prosesi pengambilan air dari Tuk Sikopyah menjadi agenda puncak Festival Gunung Slamet (FGS) ke-8 di Desa Serang, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Sabtu 5 Juli 2025.
Prosesi tersebut juga menjadi bentuk pelestarian budaya, sekaligus kampanye menjaga kelestarian lingkungan di kawasan lereng Gunung Slamet.
Sebanyak 140 peserta mengikuti prosesi ini dengan membawa lodong, yaitu wadah air yang terbuat dari bambu.
Sebelum mengambil air, masyarakat desa melakukan manakiban, mujahadah, dan doa bersama di masjid.
Lantuan doa-doa mereka panjatkan untuk Sang Maha Pencipta sebagai bentuk rasa syukur warga atas limpahan rezeki berupa air yang terus mengalir.
Rombongan petani laki-laki dengan pakaian adat Banyumasan serba hitam dengan ikat kepala.
Sedangkan petani perempuan baju lurik berkain warna hijau bersama sesepuh desa menyusuri jalan setapak.
Puncak Acara Festival Gunung Slamet ke 8
Mereka bersama sesepuh desa melintasi perkebunan dan hutan, menuju mata air berjarak sekitar 2 kilometer dari masjid di Dusun Kaliurip.
Gema salawat dan tetabuhan rebana serta seni Gumbeng terus terdengar mengiringi hingga ke Tuk Sikopyah.
Sesepuh desa mengawali prosesi pengambilan air dengan doa, kemudian menuangkan air kedalam lodong bambu berukuran panjang 2 meter.
Setelah itu, rombongan kembali berjalan dengan tetap melantunkan salawat Nabi berlanggam Jawa menuju halaman masjid Dusun Kaliurip sebelum melanjutkan kirab menuju lokasi Objek Wisata D’las Serang dengan tetap membawa lodong berisi air.
Juru kunci Tuk Sikopyah, Samsuri (62) mengatakan, harmoni ritual pengambilan air ini selalu terselenggara tiap bulan Muharam atau Sura.
Kegiatan ini menjadi warisan budaya dan tradisi dari generasi ke generasi.
“Kami mensyukuri sumber air ini sebagai air penghidupan warga Purbalingga bagian utara, seperti Desa Serang, Kutabawa, dan Siwarak,” katanya, Sabtu 5 Juli 2025.
Kepala Desa Serang, Sugito mengatakan, pengambilan air Tuk Sikopyah telah menjadi warisan tradisi turun-temurun.
Menurutnya, kegiatan ini bukan sekadar ritual, melainkan wujud nyata penghormatan terhadap alam yang telah memberikan kehidupan bagi masyarakat sekitar.
“Prosesi ini sebagai bentuk rasa syukur karena telah diberi limpahan rezeki berupa air yang melimpah untuk masyarakat Desa Serang dan sekitarnya,” katanya.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News