Mengukir Makna Hari Guru Nasional 2025, Ini Perbedaan Filosofi Kemenag dan Kemendikdasmen

Logo Hari Guru Nasional Kemenag dan Logo Hari Guru Nasional Kemendikdasmen
Logo Hari Guru Nasional Kemenag dan Logo Hari Guru Nasional Kemendikdasmen

TABLOIDELEMEN.com – Setiap tahun, Kementerian Agama (Kemenag) dan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) merilis tema dan logo khusus untuk memperingati Hari Guru Nasional.

Mengapa ada dua logo? Sebab, masing-masing kementerian membawahi institusi pendidikan yang berbeda, mencerminkan keragaman filosofi pendidikan di Indonesia.

Tema HGN Kemenag, Merawat Semesta dengan Cinta

Untuk perayaan Hari Guru tahun ini, Kemenag mengusung tema agung, “Merawat Semesta dengan Cinta.” Tema ini bukan sekadar seruan simbolis.

Lebih dari itu, tema ini merefleksikan filosofi pendidikan yang berakar kuat pada kesadaran spiritual, ekologis, dan kemanusiaan.

Menteri Agama, Nasaruddin Umar menjelaskan, bahwa tema ini menggambarkan peran sentral guru sebagai penjaga keseimbangan antara ilmu dan iman, antara pengetahuan dan kebijaksanaan.

Bacaan Lainnya

“Guru bukan hanya mengisi pikiran. Guru justru menumbuhkan kesadaran dan meluruskan jalan berpikir. Dalam pandangan Islam, guru adalah warasatul anbiya, pewaris para nabi,” katanya laman Kemenag, Senin 24 November 2025.

Makna Mendalam Logo HGN Kemenag

Logo HGN 2025 versi Kemenag membawa bentuk dasar lingkaran sebagai simbol kesempurnaan ciptaan dan kesinambungan kehidupan.

Lingkaran tersebut menggambarkan semesta yang harmoni, tempat seluruh ciptaan saling terhubung dan saling menjaga.

Warna hijau dan biru pada simbol bumi mencerminkan dua dimensi keseimbangan.

Hijau melambangkan kehidupan, cinta tanah air, dan kepedulian ekologis.

Sementara itu, biru melukiskan keluasan ilmu pengetahuan, kedalaman spiritual, dan kedamaian batin.

Kedua warna ini membawa pesan bahwa pendidikan sejati tidak boleh berhenti pada akal.

Tetapi harus meresap ke dalam jiwa, menghidupkan kesadaran untuk mencintai bumi dan seluruh isinya.

Selanjutnya, simbol tangan berbentuk tunas menggambarkan kesadaran ekoteologis.

Pandangan ini meyakini bahwa menjaga alam merupakan bagian integral dari tanggung jawab spiritual manusia.

Nilai luhur ini menjadi wujud nyata dari salah satu Panca Cinta dalam Kurikulum Berbasis Cinta Kementerian Agama, yaitu cinta lingkungan.

Di bagian atas bumi, lengkung kuning memancarkan cahaya ilmu dan bimbingan Ilahi.

Hal ini menggambarkan guru sebagai “matahari kehidupan” yang senantiasa menerangi jalan murid-muridnya.

Sedangkan, warna kuning melambangkan optimisme, kebijaksanaan, dan pencerahan spiritual, selaras dengan nilai tertinggi Panca Cinta, yaitu cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.

Menag Nasaruddin memandang guru bukan sekadar profesi, melainkan panggilan jiwa yang membawa misi spiritual.

“Ilmu tanpa iman akan kehilangan arah moral. Inilah pentingnya peran guru menuntun generasi agar memiliki nurani dalam berpikir dan bertindak,” tegasnya.

Tema “Merawat Semesta dengan Cinta” ini mengajak setiap guru untuk tidak hanya mendidik manusia, tetapi juga menumbuhkan kepedulian terhadap sesama dan alam semesta.

Pendidikan bukan lagi proses transfer ilmu, melainkan proses penyadaran agar manusia menjadi makhluk yang beriman, berilmu, dan berakhlak.

Pos terkait