Menguak Riwayat Batik Naga Tapa Purbalingga, Jejak Pengikut Diponegoro

Batik Naga Tapa yang tersimpan di Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja ini merupakan karya R.A. Soegiarti  (lahir  di  Purbalingga  pada  28  Desember  1897) cucu  Bupati VI Raden  Tumenggung  Dipokusumo IV.
Batik Naga Tapa yang tersimpan di Museum Prof. Dr. R. Soegarda Poerbakawatja ini merupakan karya R.A. Soegiarti  (lahir  di  Purbalingga  pada  28  Desember  1897) cucu  Bupati VI Raden  Tumenggung  Dipokusumo IV.

Dari Tradisional ke Kontemporer

Seiring waktu, penggunaan batik meluas. Teknik pembuatan batik yang awalnya murni batik tulis, kemudian beradaptasi dengan kebutuhan pasar, membuka ruang bagi batik cap dan printing.

Namun, para perajin tetap mempertahankan ciri khas batik Purbalingga yang menampilkan motif-motif lebih besar, ekspresif, dan berorientasi pada ikon lokal.

Saat ini, batik Purbalingga berhasil merevitalisasi diri. Perajin mengangkat motif-motif baru yang terinspirasi dari kekayaan alam dan budaya kontemporer.

Lahirlah motif Gunung Slamet, Lawa (kelelawar), hingga motif Jenderal Soedirman.

Motif-motif tersebut berhasil menggabungkan nilai sejarah dengan semangat modern, menjadikannya identitas baru  masyarakat Purbalingga.

Bacaan Lainnya
Oxygen

Kisah batik Purbalingga adalah kisah ketahanan. Ia selamat dari terjangan modernisasi dan globalisasi.

Pelestarian dan inovasi yang terus bergulir memastikan, jejak canting para leluhur akan terus terukir, menceritakan riwayat Kota Perwira dari masa ke masa.

 

 

Pos terkait