TABLOIDELEMEN.com – Siti Rahmani Rauf, wanita pegiat pendidikan mengenalkan metode membaca “Ini Budi dan Ini Bapak Ibu Budi” yang melegenda dalam dunia pendidikan dasar di Indonesia hingga saat ini.
Siti Rahmani Rauf lahir di Padang, Sumatera Barat pada 5 Juni 1919
Ia mulai mengajar sejak usia muda, sekitar tahun 1937–1938, ketika usianya sekitar 18 tahun.
Selama sekira 15 tahun mengajar di Sumatera (dari sekira tahun 1938 sampai tahun 1953) sebelum kemudian pindah ke Jakarta pada tahun 1954 bersama keluarga.
Di Jakarta, kariernya terus di dunia pendidikan, dan pada akhirnya menduduki jabatan sebagai Kepala Sekolah Dasar (SD) di Tanah Abang 5, Jakarta Pusat hingga pensiun pada tahun 1976.
Setelah pensiun, sekitar tahun 1980-an, Departemen Pendidikan / Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menawari Siti Rahmani Rauf untuk membuat alat peraga pelajaran Bahasa Indonesia.
Alat peraga itu bukan hanya teks, melainkan juga ilustrasi dan media yang membantu anak mudah mengenali huruf, kata, dan kalimat dengan contoh konkret.
Ia menerima tugas itu bukan untuk mencari keuntungan finansial. Ia tidak meminta bayaran atau royalti dari pemerintah atas karya tersebut, karena kecintaannya kepada pendidikan dan karya tulis.
Ibu guru Siti Rahmani Rauf ini mengenalkan metode Struktur Analitik Sintetik (SAS).
SAS merupakan metode yang memperkenalkan unsur membaca secara analitik dan sintetis
Mulai dari mengenal unsur kata, suku kata, kalimat sederhana, hingga kalimat yang lebih kompleks.
Media alat peraga dan ilustrasi yang menarik untuk anak, sehingga proses membaca tidak hanya lewat pelafalan atau ejaan, tetapi juga interaktif dan visual.
Siti Rahmani Rauf, Kenalkan Ini Budi
Pasti Anda ingat, tokoh yang populernya, seperti, Budi, Ani, Ibu Budi, Bapak Budi, dan sebagainya.
Frase-frase seperti “Ini Budi. Ini Ibu Budi. Ini Ani…” sangat akrab di telinga anak SD pada era 1970-90an di Indonesia.
Buku dan metode “Ini Budi / Ani dan Budi” menjadi standar dalam pelajaran membaca dan Bahasa Indonesia bagi siswa SD di banyak daerah di Indonesia, khususnya Jawa dan Sumatera.
Banyak pendidik dan murid yang kemudian mengenang metode ini sebagai sesuatu yang menyenangkan, efektif, dan membantu anak-anak bisa cepat membaca.
Kendati sangat populer, pemakaian metode dan buku ini kemudian berhenti secara resmi pada kurikulum yang lebih baru.
Yaitu sejak Kurikulum 2013 dan kebijakan depdikbud, karakter-tokoh dan format “Budi, Ani” berganti dengan karakter yang lebih mencerminkan keragaman suku, budaya, dan latar anak didik, agar representatif.
Ia juga terkenal sebagai sosok yang sederhana, berhati besar, dan mencintai dunia pendidikan bukan untuk keuntungan materi.
Sangat peduli terhadap kualitas pendidikan dasar. Ketika menerima proyek “Ini Budi”, beliau melihatnya sebagai tugas pengabdian, bukan sebagai peluang bisnis.
Dalam usia tua, ia menderita penyakit diabetes namun tetap dihormati sebagai figur yang berjasa.
Siti Rahmani Rauf meninggal dunia pada 10 Mei 2016 di Jakarta, dalam usia hampir 97 tahun.
Ia meninggkalkan karya “Ini Budi / Ani dan Budi” yang menjadi contoh bagaimana satu inovasi sederhana.
Sehingga dalam metode pengajaran dapat memberikan dampak yang luas dan bertahan lama.
Pentingnya metode yang sesuai dengan perkembangan anak, pendekatan visual, alat peraga, dan interaksi aktif dalam belajar membaca.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update artikel lainnya di Google News