Namun pada tahun 2017 pengunjung perpustakaan di rumahnya kembali naik menjadi sekitar 750 pengunjung per tahun.
Hal ini karena adanya inovasi untuk mengundang minat baca. Misalnya memberi reward untuk yang sudah berkunjung 10 kali mendapat pulpen, 20 kali menerima penggaris dan seterusnya.
“Koleksi buku juga semakin bertambah karena adanya donasi dari berbagai pihak, termasuk bantuan dari Perpusnas,” kata Isteri dari Agustinus Suryanto ini.
Tidak hanya sebagai tempat baca, anak-anak memanfaatkan perpustakaan di untuk print tugas sekolah.
Kini juga telah tersedia fasilitas hotspot gratis, namun Roro memberi kebijakan atas fasilitas internet ini. Yaitu anak baru boleh memanfaatkan internet/hotspot setelah membaca buku minimal 30 menit.
Roro tidak menyangka perpustakaannya menjadi sepopuler ini.
Perpustakaan berdiri sejak tahun 2007 dengan memanfaatkan buku-buku koleksi pribadi dan dari pojok baca desa kini telah berkembang, meskipun masih menempati rumah kuno .
“Tujuan saya atas perpustakaan ini adalah bisa support mengurangi kenakalan remaja. Anak yang kesini memiliki cara pandang yang baik untuk masa depannya. Mereka tidak merokok. Bisa membuat orang lain terinspirasi peduli lingkungan dan literasi,” pungkasnya.

Meletakkan literasi digital menjadi urgensi, sebagai upaya transformasi untuk menghasilkan talenta digital dan menjadi rujukan informasi yang ramah anak, aman tanpa konten negatif.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News