TABLOIDLEMEN.com – Pulau Dewata di Provinsi Bali ini bagai surga di bumi Indonesia.
Wisatawan domestik dan asing takjub akan keindahan alam dan kekayaan budayanya dan selalu menjadi destinasi favorit tujuan mereka.
Nah berkaitan dengan Hari Raya Nyepi di Pulau Dewata selalu ada pasukan khusus yang mengenakan pakaian adat Bali berupa atasan hitam, bawahan kotak-kotak dan penutup kepala khas Bali di jalan-jalan raya.
Nah, pasukan khusus itu adalah pecalang. Dalam Bahasa Bali, pecalang diambil dari kata “celang” yang artinya tajam indranya.
Ia merupakan polisi tradisional yang bertugas menjaga, mengamankan, menertibkan desa, wilayah, baik dalam aktivitas sehari-hari maupun upacara adat atau keagamaan.
Singkatnya, pecalang merupakan polisi adat Bali.
Tentunya, mereka akan berbagi tugas dengan satpol PP atau Polisi Sektor (Polsek). Pecalang ini sudah dikenali dan disegani oleh masyarakat Bali.
Polisi Adat
Dalam sejarah pecalang dalam budaya masyarakat adat Bali sudah hadir sejak tahun 1970an dan hanya bertanggung jawab akan keamanan desa adat serta upacara adat keagamaan.
Terbentuknya pecalang berkaitan erat dengan hadirnya desa pekraman atau desa adat.
Demi mewujudkan visi misi desa yang tertib dan aman, maka terbentuklah pecalang.
Kini pecalang pun sudah memiliki landasan hukum sendiri dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali No. 3 Tahun 2003.
Secara umum dan merujuk pada ajaran agama Hindu di Bali, fungsi dan peran seorang pecalang adalah: mengawasi keamanan dan ketertiban alam, lingkungan fisik, lingkungan sosial budaya.
Termasuk perilaku warga desa dan yang dari luar desa. Pecalang menjaga wilayah desa di delapan penjuru mata angin di pos penjagaan yang strategis.
Secara administratif sesuai Perda, pecalang bertugas mengamankan desa adat dan pelaksanaan tugas adat serta agama.
Melalui Perda ini, maka pecalang memiliki kedudukan, tugas, dan fungsi yang penting dalam menjaga dan menertibkan desa adat.
Ciri-ciri penampilan anggota pecalang yaitu: mengenakan destar (udeng), baju sejenis rompi tanpa kancing
Lalu, kampuh poleng (loreng), dan kain kotak-kotak sebagai bawahan.
Tidak luput juga sebuah keris yang mereka bawa kemana-mana. Wah, keren dan khas

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News