TABLOIDELEMEN.com – Awal Bung Karno menggaungkan istilah Marhaenisme yaitu ketika sedang jalan-jalan di pinggiran kota Bandung.
Saat itu status Bung Karno masih mahasiswa di Technische Hoogeschool te Bandoeng sekarang ITB.
Dalam buku “Biografi Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia” tulisan Cindy Adams.
Bung Karno pada waktu menjumpai seorang petani sedang menggarap tanah yang luasnya tidak cukup untuk makan bersama dengan keluarga.
Hingga akhirnya Bung Karno melakukan tanya jawab dengan petani tersebut.
Dengan itulah, Bung Karno dapat mengambil sebuah kesimpulan bahwa petani tersebut telah tertindas oleh sistem yang diterapkan pemerintah kolonial Belanda waktu itu.
Padahal, faktanya petani tersebut menggarap tanah sendiri, memiliki gubuk (tempat tinggal) sendiri.
Serta cangkul (alat produksi) sendiri, tetapi hasil yang ia dapatkan tidak cukup untuk makan bersama sanak dan keluargannya.
Akhir dari wawancara itu Bung Karno menyempatkan untuk menanyakan nama si petani.
Ternyata nama si petani itu yakni Marhaen. Ya, Marhaen adalah rakyat kecil.
Marhaen tinggal di bumi ibu pertiwi sendiri, punya modal sendiri.
Tetapi tidak bisa melakukan apa-apa karena ada sistem yang menindas yang tidak ada keberpihakan kepada rakyat kecil.
Kemudian Bung Karno mengatakan, Marhaen menjadi sebagai simbol untuk rakyat kecil yang tertindas oleh sistem.
Entah itu petani, pedagang, tukang becak, dan kaum buruh. Mereka semuanya adalah kaum Marhaen.
Mereka semua telah tertindas oleh sistem penindasan dan mereka juga memiliki nasib yang sama.
Jadi, meskipun nama Marhaen berasal dari kisah seorang petani, tetapi itu hanyalah sebagai simbol untuk orang-orang yang perlu mendapat perhatian dan perjuangan oleh kaum Marhaenis.
Istilah Ajaran Bung Karno
Bung Karno juga menulis buku “Dibawah Bendera Revolusi Jilid 1”, ternyata ada perbedaan dari istilah-istilah tersebut.
Pada Kongres Partindo di Mataram 1933, Bung Karno menyampaikan beberapa butir keputusan yakni:
- Marhaenisme adalah sosio-nasionalisme dan sosio demokrasi.
- Marhaenisme adalah cara perjuangan dan azas yang menghendaki hilangnya tiap-tipa kapitalisme dan imperialisme.
- Marhaen yaitu kaum proletar Indonesia, kaum tani Indonesia yang melarat dan dan kaum melarat Indonesia yang lain-lain.
- Marhaenis adalah tiap-tiap orang bangsa Indonesia, yang menjalankan Marhaenisme.
- Marhaeni adalah mereka kaum wanita sebagai rakyat kecil yang tertindas oleh sistem.
Bung Karno mengatakan bahwa Marhaen dan Marheni tidaklah boleh saling bermusuhan, tetapi haruslah bekerjasama.
Ajaran Bung Karno masih menjadi tema pembicaraan hangat di kalangan aktivitas dan akademisi.
Saat ini, organisasi seperti Gerakan Siswa Nasional Indonesia (GSNI), Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), dan Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM).
Serta Keluarga Besar Marhaenis (KBM) menjadi wadah berkumpul komponen masyarakat yang masih setia untuk terus merawat pikiran-pikiran Bung Karno.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News