Mayjen TNI (Anumerta) S. Parman, Pahlawan Revolusi Putra Kelahiran Wonosobo

Mayjen TNI (Anumerta) S. Parman
Mayjen TNI (Anumerta) S. Parman

TABLOIDELEMEN.com – Gerakan 30 September PKI atau G30S/PKI merupakan merupakan salah satu peristiwa yang paling kelam selama sejarah Indonesia.

Gerakan tersebut tidak hanya terjadi di Jakarta saja, namun juga di Yogyakarta. Pada waktu itu, kelompok pendukung Partai Komunis Indonesia (PKI) menculik beberapa orang dri perwira tinggi yang dituduh melakukan kudeta.

Pemerintah kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi serta juga sebagai Pahlawan Nasional. Siapa saja mereka? Diantaranya adalah Mayjen TNI S. Parman

Bacaan Lainnya

Nama lengkapnya adalah Mayor Jenderal Siswondo Parman. Ia dilahirkan di Wonosobo, Jawa Tengah pada tanggal 14 Agustus 1918. Sempat masuk sekolah kedokteran namun berhenti karena Jepang menguasai Indonesia.

Dimasa kependudukan Jepang, beliau bekerja untuk polisi militer Jepang yang disebut Kampetai. Tak lama kemudian, Parman dikirim ke Jepang untuk mengikuti pelatihan intelijen. Setelah jepang menyerah, Parman menjadi seorang penerjemah.

Karir miiter Siswondo Parman di TNI dimulai ketika ia bergabung dengan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pasca kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Beberapa bulan kemudian ia diangkat menjadi kepala staf polisi militer yang berkedudukan di Yogyakarta.

Hanya beberapa tahun saja, S. Parman naik jabatan menjadi kepala staf Gubernur militer Jabodetabek dengan pangkat Mayor.

Prestasinya dalam menggagalkan pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) pimpinan Raymond Westerling membuat S. Parman dikirim ke Amerika belajar di Sekolah Polisi Militer.

Salah satu pahlawan revolusi ini sempat memegang jabatan di markas besar Polisi Milter Nasional, Departemen Pertahanan Indonesia hingga menjadi atase militer Indonesia di London, Inggris.

Tak lama kemudian ia ditarik ke Indonesia menjadi asisten intelijen untuk KSAD Jenderal Ahmad Yani.

Tanggal 30 September 1965, Mayor Jenderal Siswondo Parman diculik oleh pasukan Cakrabirawa dari rumahnya dan dibawah ke daerah lubang buaya di wilayah Halim Perdanakusuma. Disana, ia ditembak bersama beberapa perwira tinggi Angkatan Darat lainnya.

Jasad Mayjen S. Parman kemudian dimasukkan ke dalam sumur tua ditumpuk bersama jasad jenderal lainnya yang sudah dieksekusi oleh PKI. Jasadnya baru dikeluarkan dari sumur pada tanggal 4 oktober 1965.

Mayjen  S. Parman bersama dengan jasad jenderal lainnya dimakamkan di taman makam pahlawan Kalibata, Jakarta. Pemerintah Indonesia memberikan gelar pahlawan revolusi kepada Mayor Jenderal S. Parman dan pangkatnya dinaikkan secara anumerta menjadi Letnan Jenderal.

 

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *