TABLOIDELEMEN.com – Lagu Mari Bersuka Ria dengan irama Lenso.
Lagu itu merupakan hasil goresan tangan dari sang presiden pertama Republik Indonesia.
Sebuah karya fenomenal yang jarang lahir dari tangan Soekarno itu melejit pertama kali pada 14 April 1965.
“Siapa bilang bapak dari Blitar, bapak kita dari Prambanan..
Siapa bilang rakyat kita lapar, Indonesia banyak makanan.. .”
Dua bait syair dalam lagu Mari Bersuka Ria itu seolah menjadi alat bagi Soekarno untuk melanggengkan kedigdayaannya.
“Lagu yang menjadi pelipur lara kala kondisi ekonomi rakyat berbalut kemelaratan,” tulis Aris Setiawan dalam artikel yang dimuat Solopos berjudul Tragedi ’65 dan ”Mari Bersuka Ria” yang diterbitkan secara digital oleh ISI Surakarta pada tahun 2020.
Lagu ini merupakan satu dari sekian lagu yang tergabung dalam album di bawah label Irama yang dikelola Jack Lesmana Bersama Bing Slamet.
Soekarno merasa penting memberi teladan dengan menghadirkan satu varian musik yang mewakili citra dan adab ketimuran: irama lenso.
“Pada Musyawarah Nasional Teknik (Munastek) di Istora Senayan Jakarta, 30 September 1965, Soekarno memulai pidatonya dengan menyanyikan Mari Bersuka Ria. Mari Bersuka Ria pada malam itu menjadi lagu terakhir yang dinyanyikan Soekarno dengan penuh suka cita,” imbuhnya.
Setelah pidato dan lantunan lagunya di siang hari, terjadi tragedi besar bernama Gerakan 30 September 1965 di malam harinya.
“Mari Bersuka Ria lantas mengalami kebangkrutan eksistensi dan sayup-sayup mati pasca peristiwa itu,” tutupnya.
“Lagu yang menjadi pelipur lara kala kondisi ekonomi rakyat berbalut kemelaratan,” tulis Aris Setiawan dalam artikel yang dimuat Solopos berjudul Tragedi ’65 dan ”Mari Bersuka Ria” yang diterbitkan secara digital oleh ISI Surakarta pada tahun 2020.
Lagu ini merupakan satu dari sekian lagu yang tergabung dalam album di bawah label Irama yang dikelola Jack Lesmana Bersama Bing Slamet.
Soekarno merasa penting memberi teladan dengan menghadirkan satu varian musik yang mewakili citra dan adab ketimuran: irama lenso.
“Pada Musyawarah Nasional Teknik (Munastek) di Istora Senayan Jakarta, 30 September 1965, Soekarno memulai pidatonya dengan menyanyikan Mari Bersuka Ria. Mari Bersuka Ria pada malam itu menjadi lagu terakhir yang dinyanyikan Soekarno dengan penuh suka cita,” imbuhnya.
Setelah pidato dan lantunan lagunya di siang hari, terjadi tragedi besar bernama Gerakan 30 September 1965 di malam harinya. “Mari Bersuka Ria lantas mengalami kebangkrutan eksistensi dan sayup-sayup mati pasca peristiwa itu,” tutupnya.

Meletakkan literasi digital menjadi urgensi, sebagai upaya transformasi untuk menghasilkan talenta digital dan menjadi rujukan informasi yang ramah anak, aman tanpa konten negatif.
Baca update artikel lainnya di Google News