TABLOIDELEMEN.com – Kolaborasi hebat dilakukan Mahasiswa Teknik Pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto.
Mereka adalah, Tiara Nur Azmi Irawati (Teknik Pertanian), Syahra Alifia (Teknik Elektro), dan Pudak Wangi Kencana Rinonce (Teknologi Pangan) berinisiatif untuk mengembangkan perangkat pengendali hama menggunakan Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau drone.
Pedamping kegiatan oleh Dosen Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed Dr. Ardiansyah dan mendapat dukungan dana Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbud) melalui skema Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).
Ide ini bermula dari permasalahan sebelumnya, dimana pengusir hama dengan ultrasonik diletakkan pada tiang stasioner.
Jika diletakkan di sawah, perlu penempatan tiang pada beberapa lokasi. Tiang-tiang tersebut dapat mengganggu pekerjaan sawah petani. Karenanya, pengusir hama ini terbang dengan menggunakan drone.
Inovasi penggunaan drone dan ultrasonik pada lahan sawah bertujuan untuk dapat melakukan pengendalian hama wereng coklat dalam luasan yang lebih besar. Selain itu perangkat ini sangat mendukung pertanian berkelanjutan, karena tanpa membutuhkan bahan kimia (pestisida).
Perangkat pengendali hama ini portable sehingga tidak hanya dapat digunakan di satu tempat. Tenaga yang digunakan pada alat ini menggunakan power bank sehingga tidak perlu aliran listrik terus-menerus.
Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan lima buah sensor ultrasonik, kemudian dirangkai menggunakan mikrokontroler guna membaca lebar pulse width modulation (PWM) untuk perhitungan luas areal yang dihasilkan dari pancaran gelombang ultrasonik.
Rangkaian tersebut kemudian tersambung dengan drone yang di desain agar dapat diterbangkan di atas lahan.
“Cara kerja dari alat ini adalah drone akan terbang sesuai dengan sirkuit yang telah dibuat. Lalu sinyal dipancarkan oleh pemancar ultrasonik dengan frekuensi tertentu dan dengan durasi waktu tertentu,” kata Tiara.
Sinyal tersebut berfrekuensi di atas 40kHz, dan akan mengukur jarak benda (sensor jarak).
Sinyal yang dipancarkan akan merambat sebagai gelombang bunyi dengan kecepatan sekitar 340 m/s.
Ketika menumbuk hama wereng, maka sinyal tersebut akan dipantulkan oleh benda tersebut dan akan menghasilkan suara yang bisa membuat hama wereng terganggu metabolismenya.
Pada bunyi ultrasonik > 20 kHz terjadi gangguan komunikasi wereng, menghambat perkembangbiakan, mengacaukan pola reaksi gerak, dan membubarkan dari komunitasnya.
Pada frekuensi yang lebih tinggi mampu menimbulkan reaksi gerak pasif hingga hama mati.
Tiara mengatakan, rencana ke depannya, alat ini akan dikembangkan dengan sistem cerdas pendeteksi lokasi padat hama
“Sehingga lama dan posisi menetap bervariasi. Menurutnya, perlu teknologi computer vision untuk mewujudkan hal ini,” katanya.

Bagi saya yang juga seorang ibu rumah tangga, menulis dapat dijadikan media terapi. Berbagi cerita, mengungkapkan emosi, meredakan stres, dan melepaskan kebosanan.
Baca update artikel lainnya di Google News