TABLOIDELEMEN.com – Khutbah jumat kali ini mengaitkan tema pahlawan dan bagaimana mengisi kemerdekaan dengan kegiatan bermanfaat
Spirit perjuangan yang telah diwariskan harus terus dijaga dengan sekuat tenaga menjaga kemerdekaan yang telah dinikmati sekarang ini.
Bentuk menjaga kemerdekaan ini adalah dengan senantiasa mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif dimulai dari setiap individu bangsa Indonesia, sesuai kemampuan dan kapasitasnya.
Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul ” Khutbah Jumat: Teladani Para Pahlawan, Isi Kemerdekaan”
لْحَمْدُ للهِ حَمْداً يُوَافِي نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَه، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِي لِجَلَالِ وَجْهِكَالْكَرِيْمِ وَلِعَظِيْمِ سُلْطَانِك. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِك. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَه، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُه. خَيْرَ نَبِيٍّ أَرْسَلَه. أَرْسَلَهُ اللهُ إِلَى الْعَالَمِ كُلِّهِ بَشِيرْاً وَنَذِيْراً. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً وَسَلَاماً دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن. أَمَّا بَعْدُ فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: ي وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوها، إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah. Menjadi sebuah keniscayaan bagi kita untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah swt melalui langkah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya.
Pentingnya hal ini, maka berwasiat takwa menjadi salah satu rukun dan kewajiban yang harus dilakukan oleh khatib dalam setiap khutbahnya.
Jika tidak berwasiat takwa maka tidak sah lah khutbah Jumat yang disampaikannya.
Mengungkapkan rasa syukur juga menjadi sebuah kewajiban bagi kita semua atas karunia nikmat tiada tara yang telah diberikan oleh Allah swt.
Syukur ini menjadi pemantik terus ditambahkannya nikmat-nikmat Allah swt yang padahal jika kita menghitungnya, maka tiada sanggup kita melakukannya.
Allah berfirman: وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللهِ لَا تُحْصُوها، إِنَّ اللهَ لَغَفُورٌ رَحِيمٌ. (النحل: 18)
Artinya: “Jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Surat an-Nahl ayat 18).
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.
Nikmat yang harus kita syukuri adalah dianugerahkannya nikmat kemerdekaan dan kemananan di tanah air Indonesia.
Kondisi yang kita rasakan saat ini bukan tiba-tiba datang begitu saja. Keamanan dan kenyamanan dalam bingkai kemerdekaan yang kita nikmati ini adalah berkat wasilah perjuangan dari para pahlawan.
Mereka berjuang dengan pengorbanan jiwa raga dan berhasil mengusir penjajah dari bumi pertiwi. Sebagai orang yang pandai bersyukur, jangan sampai kita lupakan jasa dan spirit para pahlawan dalam perjuangan ini.
Semestinya kita harus meneladani semangat perjuangan mereka untuk diaplikasikan di era saat ini.
Jika pahlawan dulu berjuang dengan mengangkat senjata untuk mengusir para penjajah, maka tugas kita saat ini sebagai penerus adalah berjuang untuk mengusir kebodohan dan ketertinggalan sebagai modal menjaga kemerdekaan ini.
Terkait dengan persatuan ini, salah satu ulama Indonesia KH Ahmad Shiddiq mengemukakan konsep “Trilogi Ukhuwah” yakni ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).
Jika tiga persatuan ini bisa kita wujudkan dalam mengisi kemerdekaan, maka insyaAllah kita juga bisa menjadi pahlawan.
Rasulullah bersabda: لا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لا يَشْكُرُ النَّاسَ Artinya: “Tidak bersyukur kepada Allah, orang yang tidak berterimakasih kepada orang (lain)”.
Allah dalam surat Ar-Rahman, ayat 13 pun telah mengingatkan manusia dengan sebuah pertanyaan:
فَبِأَيِّ آلاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ
Artinya: “Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”

Menulis itu tidak selalu dengan paragraf-paragraf yang panjang. Menulislah tentang perasaan kita dan tentang apa yang ada dipikiran kita. Tanpa tersadar, kita sesungguhnya telah menulis.
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News