TABLOIDELEMEN.com – Dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) mempunyai sebutan khusus untuk para kadernya.
Kader Laki-laki mempunyai panggilan Bung dan yang perempuan panggilannya Sarinah.
Menurut Buku Pedoman Organisasi GMNI, Rakernas GMNI pada tahun 1977 telah menyepakati sebutan Sarinah, kemudian masuk dalam AD/ART dan memiliki kajian serta mars tersendiri.
Organisasi dengan paham nasionalisme dan Marhaenisme ini mengambil panggilan Sarinah dari kisah Bung Karno (Soekarno), Presiden Pertama Republik Indonesia yang mengabadikan nama Sarinah dalam bukunya.
Bagi Bung Karno, Sarinah adalah orang yang menanamkan spirit untuk mencintai rakyat jelata dan berbaur dengan rakyat.
Sarinah adalah perempuan pengasuh Bung Karno saat kecil. Ia turut merawat dan hidup bersama keluarga proklamator tersebut.
Cinta kasihnya pada Bung Karno -lah yang akhirnya membuat perempuan ini sangat berharga di mata presiden pertama itu.
Bagi Bung Karno, Sarinah adalah simbol perjuangan perempuan. Ia bekerja dengan keluarga Soekarno tanpa gaji dan sudah menjadi bagian dari keluarga Bung Karno.
GMNI dengan paham Marhaenis yang membela rakyat kecil dan tertindas menjadikan panggilan Sarinah untuk menyebut kader perempuan dalam organisasi.
Melihat perjuangan dan ketulusan Sarinah dalam penggambaran Bung Karno, panggilan sarinah dalam organisasi ini adalah sebuah kebanggaan tersendiri bagi perempuan dalam organisasi GMNI.
Selain itu, panggilan ini tidak akan menggambarkan usia atau senioritas kader perempuan yang biasanya berada di kampus.
Berapa pun umurnya, lebih tua atau lebih muda akan dipanggil Sarinah.
Punya cita-cita memberikan ruang berjuang pada perempuan, sebutan Sarinah bisa menjadi inspirasi bagi kader perempuan GMNI.
Sarinah diharapkan dapat menciptakan kesetaraan gender itu pada masa itu. Memberikan gambaran bahwa perempuan bisa memutuskan sendiri apa yang akan menjadi pilihannya.

Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News