TABLOIDELEMEN.com – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purbalingga mendorong guru Bahasa Jawa SMP untuk berani membuka Kelas Jawa sebagai program unggulan.
“Ini sebagai terobosan, agar ada inovasi dalam pembelajaran Bahasa Jawa, sehingga Bahasa Jawa tetap lestari, dan keberadaan Kelas Jawa menjadi bagian dari upaya membangun karakter peserta didik,” kata Kadindikbud Purbalingga, Tri Gunawan Setyadi, Senin 18 Maret 2024.
Tri Gunawan mengemukakan, pihaknya sedang mengembangkan One School One Innovation atau satu sekolah satu inovasi.
“Jangan hanya kelas olah raga saja yang ada,” kata Tri Gunawan.
Ia menginginkan, inovasi Kelas Jawa mulai dari Kelas 7, kemudian 8 dan 9.
Dalam Kelas Jawa ini, setiap guru yang masuk kelas dan mengajar, menggunakan Bahasa Jawa.
Termasuk para siswa juga berinteraksi menggunakan Bahasa Jawa.
Kedepankan penggunaan Bahasa Jawa Banyumasan dengan baik dan santun.
“Jangan sampai orang Banyumas ilang Banyumasane,” kata Tri Gunawan.
Jika ada sekolah yang berani membuka kelas Jawa, Tri Gunawan akan meminta Bupati Purbalingga untuk berkenan meresmikan keberadaan Kelas Jawa di sekolah itu.
“Kepala sekolah dan guru Bahasa jawa, jangan takut membuka Kelas Jawa. Ini inovasi yang bagus, sebagai upaya melestarikan Bahasa Jawa,” katanya.
“Kita tidak merasakan manfaatnya sekarang. Tapi saya yakin ke depannya akan berdampak baik dalam upaya membangun karakter siswa dan pelestarian Bahasa Jawa,” imbuhnya.
Inginkan Kelas Jawa
Ia mecontohkan, keberadaan Kelas Jawa di PAUD/TK Tunjungmuli, Kecamatan Karangmoncol.
Hanya dengan guru yang ada 3 orang, setiap hari anak-anak ada pembiasaan berbahasa Jawa dengan baik.
Termasuk dalam proses pembelajaran atau saat guru mengajar.
“Ini sangat bagus, dan harus berlanjut saat anak-anak masuk jenjang SD, SMP dan seterusnya. Saya bangga sekali, ada kelas Jawa di PAUD/TK itu,” kata Tri Gunawan
Tri Gunawan mengakui, penggunaan Bahasa Jawa kini makin terkikis.
Hal ini telihat ketika para siswa mulai kehilangan unggah-ungguh dalam berkomunikasi dengan orang tua
“Ini tantangan bagi guru Bahasa Jawa. Agar bisa menanamkan unggah-ungguh dengan baik kepada peserta didik,” pungkas Tri Gunawan.
![](https://tabloidelemen.com/wp-content/uploads/2022/12/yudhi.jpg)
Menulis itu tentang mau atau tidak. Saya meyakini hambatan menulis bukan karena tidak bisa menulis, tetapi karena merasa tidak bisa menulis dengan baik
Baca update informasi pilihan lainnya dari kami di Google News