Jejak Canting Kota Perwira, Kisah Batik Purbalingga Mengukir Identitas

Kabupaten Purbalingga, yang selama ini terkenal sebagai Kota Perwira, kini semakin lantang menyuarakan identitas budayanya melalui sehelai kain: batik.
Kabupaten Purbalingga, yang selama ini terkenal sebagai Kota Perwira, kini semakin lantang menyuarakan identitas budayanya melalui sehelai kain: batik.

TABLOIDELEMEN.com – Kabupaten Purbalingga, yang selama ini terkenal sebagai Kota Perwira, kini semakin lantang menyuarakan identitas budayanya melalui sehelai kain: batik.

Bukan sekadar warisan, batik Purbalingga kini menjelma menjadi wastra (kain) yang merekam kekayaan alam dan sejarah lokal, menjadikannya penanda kebanggaan yang kian diakui.

Geliat membatik di Purbalingga memang telah berlangsung sejak lama. Sentra-sentra perajin tersebar.

Misalnya di wilayah Bobotsari dan Karanganyar. Meski sempat mengalami pasang surut, semangat para perajin tak pernah padam.

Mereka gigih mempertahankan teknik tradisional, khususnya batik cap dan tulis, sambil terus berinovasi dalam motif.

Bacaan Lainnya
Oxygen

Panorama Alam dan Pahlawan dalam Pola

Kekuatan utama batik khas Purbalingga terletak pada motifnya yang eksploratif dan sangat kontekstual.

Perajin menuangkan ikon-ikon lokal ke atas kain, mengubahnya menjadi kisah visual.

Pemandangan alam yang agung tergambar dalam Motif Gunung Slamet, melambangkan kesuburan dan keselamatan.

Selanjutnya, flora dan fauna endemik pun ikut diabadikan, seperti munculnya Motif Lawa (kelelawar) yang terinspirasi dari keunikan Goa Lawa.

Tidak hanya alam, sejarah dan tokoh inspiratif juga menjadi sumber ide.

Terbaru, perajin menciptakan Motif Jenderal Soedirman, sebagai penghormatan kepada pahlawan nasional kelahiran Purbalingga.

Motif-motif tersebut menampilkan perpaduan warna yang khas, seringkali menggunakan dominasi warna gelap dan cokelat yang menunjukkan akar tradisi Jawa, tetapi juga berani bermain dengan warna-warna kontemporer.

Wastralingga dan Komitmen Lokal

Pemerintah Kabupaten Purbalingga menyambut geliat ini dengan tangan terbuka. Mereka aktif mempromosikan dan memberdayakan para perajin.

Program seperti Wastralingga, yang menjadi wadah bagi sentra-sentra batik, bertujuan memperkuat jejaring perajin, meningkatkan kualitas produksi, dan memperluas pasar.

Komitmen Pemkab terlihat jelas. Sejak beberapa tahun terakhir, penggunaan batik lokal sangat gencar, bahkan menjadi seragam wajib bagi aparatur sipil negara.

Langkah ini merupakan strategi jitu, memastikan pasar lokal terserap, sekaligus menanamkan rasa memiliki terhadap produk budaya sendiri sejak usia dini.

Batik Purbalingga bukan sekadar kain. Itu adalah kanvas hidup yang merefleksikan identitas Kota Perwira.

Ke depan, tugas besar menanti: menjamin regenerasi perajin dan meningkatkan daya saing agar Jejak Canting Purbalingga mampu bersaing dan mengukir nama di kancah Nusantara, bahkan dunia.

 

 

Pos terkait