Dongkrak Produktivitas Kapulaga
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Purbalingga, Prayitno menjelaskan, bahwa Kementerian Pertanian mendukung pengadaan mesin perontok dan pembersih kapulaga ini.
Dukungan itu mengalir melalui program Upland, sebuah program pengembangan pertanian dataran tinggi yang meliputi penguatan dari hulu (on-farm) hingga hilir (off-farm) guna meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani
Prayitno merinci bahwa mesin tersebut menggunakan penggerak motor listrik 1/2 HP atau 375 watt, sehingga biaya operasionalnya sangat murah.
Dengan tarif listrik Rp1.440 per kWh, biaya yang kami butuhkan hanya sekitar Rp540 per jam.
Hasil uji coba menunjukkan, mesin ini mampu membersihkan 72 kilogram kapulaga basah dalam satu jam.
“Artinya, setiap kilogram hanya membutuhkan biaya sekitar Rp7,5,” katanya.
Prayitno membandingkan, ongkos pembersihan secara manual sebelum ada mesin mencapai Rp1.000 untuk 5–6 kilogram, setara dengan Rp166–Rp200 per kilogram.
“Jelas, kehadiran mesin perontok membuat biaya produksi jauh lebih efisien,” katanya.
Komoditas Primadona dengan Manfaat Kesehatan
Prayitno menambahkan, luas tanaman kapulaga Purbalingga kini mencapai 435,7 hektare dengan total produksi 2.104.003 kilogram.
Petani mulai banyak menanam kapulaga sejak masa pandemi COVID-19 karena harganya saat itu melampaui kopi, mendorong banyak petani kopi beralih tanam.
Kapulaga memiliki nilai ekonomi tinggi dan tetap banyak dicari hingga sekarang.
Selain sebagai penyedap masakan, rempah ini juga berfungsi sebagai bahan obat tradisional.
Kapulaga memiliki aroma khas dan kandungan antioksidan tinggi dan sangat bermanfaat.
“Yakni untuk menjaga kesehatan pencernaan, meningkatkan stamina, hingga menjaga kesehatan jantung,” katanya.

Menulis itu tidak selalu dengan paragraf-paragraf yang panjang. Menulislah tentang perasaan kita dan tentang apa yang ada dipikiran kita. Tanpa tersadar, kita sesungguhnya telah menulis.
Baca update artikel lainnya di Google News

















